• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Membuat Meme dan Poster Tahun Baru Islam Bid’ah?

Membuat Meme dan Poster Tahun Baru Islam Bid’ah?
KH Ma'ruf Khozin memberikan ucapan tahun baru Islam. (Foto: NOJ/Istimewa)
KH Ma'ruf Khozin memberikan ucapan tahun baru Islam. (Foto: NOJ/Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim
Sejak kemarin, sejumlah kalangan memeriahkan jagat media sosial (medsos) dengan membuat meme, gambar, poster, maupun flyer. Bahkan bukan tidak mungkin, beragam baliho maupun spanduk di jalan utama juga dimeriahkan dengan ucapan memasuki 1 Muharram 1443 H.

 

Namun pada saat yang bersamaan, ada kalangan yang keberatan dengan cara seperti itu. Kelompok ini tidak semata menyatakan kekurang setujuan, bahkan yang tegas menyatakan tindakan membuat gambar dan ucapan tahun baru sebagai bid’ah. Dan tahu kan? Kalau melakukan bid’ah, kelak diancam masuk neraka.


“Zaman medsos saat ini ada dua meme atau poster yang berseliweran. Yang satu mengucapkan selamat tahun baru hijriyah, satunya lagi menganggap ucapan selamat tahun baru Islam tersebut adalah bidah,” kata KH Ma’ruf Khozin di akun Facebooknya, Selasa (10/08/2021). 

 

Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur tersebut kemudian menampilkan pandangan ulama yang memiliki penguasaan ilmu, baik hadis, fiqih, tafsir, sejarah, sastra Arab dan lainnya. 

 

“Beliau adalah Al-Hafidz as-Suyuthi yang tuntas membahas masalah ucapan selamat,” terang alumnus Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri tersebut.

 

Lebih lanjut dijelaskan dalam kitab karya Al-Hafidz as-Suyuthi yang berjudul Wushul Amani bi Ushul Tahani menyertakan riwayat hadits dan atsar. 

 

“Di antaranya dalil ucapan selamat meraih kedudukan utama dalam agama,” katanya.

 

Bahwa dalam kitab tersebut, ucapan selamat atas tobat, sembuh dari penyakit, usai melaksanakan haji, kepulangan haji, pulang dari perang, pernikahan, kelahiran, datangnya bulan Ramadlan, hari raya Idul Fitri, termasuk ucapan selamat tahun baru.

 

ﻓﻘﺪ ﻃﺎﻝ اﻟﺴﺆاﻝ ﻋﻦ ﻣﺎ اﻋﺘﺎﺩﻩ اﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﺑﺎﻟﻌﻴﺪ ﻭاﻟﻌﺎﻡ ﻭاﻟﺸﻬﺮ ﻭاﻟﻮﻻﻳﺎﺕ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ، ﻫﻞ ﻟﻪ ﺃﺻﻞ ﻓﻲ اﻟﺴﻨﺔ؟

Artinya: Banyak pertanyaan tentang kebiasaan orang-orang perihal ucapan selamat hari raya, tahun baru, bulan baru dan sebagainya. Apakah ucapan tersebut memiliki dasar dalam hadits?.

 

Di ujung statusnya, kiai yang juga Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur ini memaparkan penjelasan berikut:

 

(ﻓﺎﺋﺪﺓ) : ﻗﺎﻝ اﻟﻘﻤﻮﻟﻲ ﻓﻲ اﻟﺠﻮاﻫﺮ: ﻟﻢ ﺃﺭ ﻷﺻﺤﺎﺑﻨﺎ ﻛﻼﻣﺎ ﻓﻲ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﺑﺎﻟﻌﻴﺪﻳﻦ ﻭاﻷﻋﻮاﻡ ﻭاﻷﺷﻬﺮ ﻛﻤﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ اﻟﻨﺎﺱ، ﻭﺭﺃﻳﺖ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﻘﻞ ﻣﻦ ﻓﻮاﺋﺪ اﻟﺸﻴﺦ ﺯﻛﻲ اﻟﺪﻳﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻌﻈﻴﻢ اﻟﻤﻨﺬﺭﻱ ﺃﻥ اﻟﺤﺎﻓﻆ ﺃﺑﺎ اﻟﺤﺴﻦ اﻟﻤﻘﺪﺳﻲ ﺳﺌﻞ ﻋﻦ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ ﻓﻲ ﺃﻭاﺋﻞ اﻟﺸﻬﻮﺭ ﻭاﻟﺴﻨﻴﻦ ﺃﻫﻮ ﺑﺪﻋﺔ ﺃﻡ ﻻ؟ ﻓﺄﺟﺎﺏ ﺑﺄﻥ اﻟﻨﺎﺱ ﻟﻢ ﻳﺰاﻟﻮا ﻣﺨﺘﻠﻔﻴﻦ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻗﺎﻝ: ﻭاﻟﺬﻱ ﺃﺭاﻩ ﺃﻧﻪ ﻣﺒﺎﺡ ﻟﻴﺲ ﺑﺴﻨﺔ ﻭﻻ ﺑﺪﻋﺔ اﻧﺘﻬﻰ

 

Artinya: Al-Qamuli berkata dalam kitab Al-Jawahir: Tidak saya temukan pendapat ulama Syafi'iyah tentang hukum ucapan selamat hari raya, tahun baru dan bulan baru seperti yang dilakukan oleh orang-orang. Saya melihat kutipan dari Syekh Zakiyuddin Abdul Adzim Al-Mundziri, bahwa Al-Hafidz al-Maqdisi ditanya tentang mengucapkan selamat pada awal bulan dan tahun, apakah bidah atau tidak? Beliau menjawab bahwa ulama selalu beda pendapat soal itu. Menurut saya adalah boleh, bukan sunah dan bukan bid’ah. (Al-Hawi lil Fatawi, juz 1, halaman: 90).

Dengan penjelasan di atas, pembaca dapat menentukan sikap. 


Editor:

Metropolis Terbaru