• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Metropolis

Syaikh Sholahuddin Al-Sami Paparkan Cara Pembaharuan Literatur Turats

Syaikh Sholahuddin Al-Sami Paparkan Cara Pembaharuan Literatur Turats
Syaikh Sholahuddin Al-Sami (kanan). (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
Syaikh Sholahuddin Al-Sami (kanan). (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Mojokero, NU Online Jatim

Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Pacet, Mojokerto menggelar seminar internasional dengan pemateri Syaikh Sholahuddin Al-Sami, ulama asal Mesir. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Pascasarjana lantai III, Senin (01/04/2024).

 

Kegiatan ini mengangkat tema Arus Pembaharuan Terhadap Literatur Turats Literatur Hadist Sebagai Model, Syaikh Sholahuddin Al-Sami mengatakan sebagai tahap awal melakukan pembaharuan literatur turats harus pandai membaca kitab-kitab tersebut.

 

“Kemudian memahaminya secara keseluruaan dari kitab turats. Karena tidak semua orang yang mengaku sebagai pembaharu turats memahami literatur turats,” katanya.

 

Dijelaskan, terkadang ada yang mengaku sebagai pembaharu turats akan tetapi malah menjadi perusak. Hal tersebut terjadi karena tidak bisa membaca, menguasai dan memahami literatur turats itu sendiri. Maka menurut Syaikh Sholahuddin Al-Sami, jalan pertama untuk melakukan pembaharuan turats adalah dengan membacanya dengan benar, menguasai dan memahami.

 

“Para ulama ahli hadist ketika berinteraksi dengan literatur turats memiliki metode yang bervariasi. Ini bisa dilihat dari muqaddimah kitab-kitab para ulama hadist,” ucapnya.

 

Ragamnya motode yang dipakai menghasilkan corak pembaharuan turats yang beragam, mulai  yang lunak, keras dan moderat. Para ulama tersebut ada yang taqlid, ada yang sekedar teori dan ada yang praktek. Yang menyatukan beberapa metode ulama hadist dalam memahami literatur turats yaitu semua memiliki pendapat bahwa hadist adalah bagian wahyu dari Allah.

 

“Mereka sangat mengagumi hadist sebagaimana para ulama itu mengagumi Al-Qur’an. Dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa Rasulullah mewariskan berupa Al-Qur’an dan hadist,” ungkapnya.

 

Anggota Pusat Penelitian dan Pengembangan Turats al-Azhar Mesir itu mengulas bahwasanya para sahabat nabi mengagungkan hadist sebagaimana mengagungkan Al-Qur’an. Para sahabat menghafalkan hadist sebagaimana menghafal Al-Qur’an dan mengamalkan hadist sebagaimana mengamalkan Al-Qur’an.

 

Hadist memiliki dua komponen, yakni sanad dan matan. Sanad adalah jalur yang menyampaikan hadist, sementara matan adalah isi hadist.

 

“Pada masa sahabat mereka fokus pada matan. Karena sanadnya belum panjang dan di antara para sahabat sendiri,” tandasnya.


Metropolis Terbaru