NU Online

4 Aksi Ekofeminisme: Perempuan Muda Jadi Pelopor Penyelamat Lingkungan

Ahad, 13 Juli 2025 | 17:00 WIB

4 Aksi Ekofeminisme: Perempuan Muda Jadi Pelopor Penyelamat Lingkungan

Direktur Lembaga Ziswaf CT Arsa, M. Wahib MH. (Foto: dok. IPPNU)

Surabaya, NU Online Jatim

Direktur Lembaga Ziswaf CT Arsa, M. Wahib MH, mengungkapkan bahwa terdapat empat bentuk gerakan ekofeminisme yang berperan besar dalam upaya penyelamatan lingkungan, dengan perempuan muda sebagai ujung tombaknya.

Ia menjelaskan bahwa ekofeminisme adalah sebuah pendekatan yang menyatukan nilai-nilai feminisme dan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Gerakan pertama adalah pendidikan lingkungan. Dalam hal ini, perempuan memiliki peran strategis sebagai pendidik dalam komunitasnya, menanamkan nilai-nilai pelestarian alam kepada generasi penerus.


“Mereka (perempuan) bisa menjadi contoh bagi anak-anak mereka dan mengajarkan praktik-praktik berkelanjutan menjaga lingkungan, seperti hal-hal kecil, penghematan air, energi, dan penggunaan sumber daya alam dengan bijak,” ujarnya dalam Acara Rapimnas IPPNU 2025 yang dilaksanakan di Lantai 8 Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Senen, Jakarta Pusat, Jumat (11/7/2025).


Kedua, pelestarian lahan dan hutan. Kiai Wahib menyampaikan bahwa saat ini, banyak negara yang menjadikan perempuan sebagai ikon penjaga dan hutan. 


Menurutnya, perempuan kerap aktif terlibat dalam aktivitas seperti penanaman pohon, pemantauan kebakaran hutan, dan pelestarian keanekaragaman hayati.


“Mereka memiliki pengetahuan tradisional tentang tumbuhan dan ekosistem lokal, yang dapat digunakan untuk melindungi dan merawat lingkungan alam,” ucapnya.


Ketiga, pengelolaan sumber daya. Ia menyampaikan bahwa perempuan memiliki kemampuan tanggung jawab atas manajemen sumber daya alam yang teratur, diantaranya air, tanah, dan energi di rumah tangga. 


“Mereka dapat memainkan peran penting dalam pengelolaan yang berkelanjutan dan efisien dari sumber daya ini dengan cara seperti menghemat air, mengelola sampah, dan mempromosikan energi terbarukan,” katanya.


Keempat, keberlanjutan pangan. Kiai Wahib mengungkapkan produksi, pengelolaan, dan penjaga tradisi pertanian lokal yang berkelanjutan lebih produktif jika dikelola oleh perempuan.


“Mereka dapat mempromosikan praktik pertanian organik dan berkelanjutan, serta meminimalkan limbah pangan, ini yang jarang dilakukan oleh laki-laki, karena laki-laki hanya sebagian yang sampai ke pengelolaan limbah,” ucapnya.


Ia mengajak kepada kader Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) dan seluruh perempuan muda untuk melaksanakan gerakan tersebut.


“Empat gerakan ini mudah namun pelaksanaannya juga mudah jika dilaksanakan dengan istiqomah. Saya berharap IPPNU terus aktif terlibat dalam ekofeminisme untuk merawat alam sekitar kita,” ujar Kiai Wahib.