Jakarta, NU Online Jatim
Lingkungan yang aman bagi anak di pesantren menjadi penting diperhatikan. Baik bagi pengelola pondok pesantren maupun orang tua dan santri. Utamanya bagi pengelola pesantren supaya para santri menjadi nyaman berada di pondok.
Lingkungan pesantren yang aman tentu jauh dari penganiayaan atau kekerasan terhadap santri. Hal inilah yang akan menbuat orang tua santri semakin yakin menempatkan anaknya menimba ilmu di pesantren.
Nah, ada beberapa cara yang bisa ditempuh guna menciptakan lingkungan yang aman di pesantren. Hal ini yang disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Yanbu’ul Ulum Sukolilo Pati, Kiai Abdul Kholiq Syafi’i.
Ada sejumlah cara untuk kembali menciptakan lingkungan yang aman bagi anak di pondok pesantren. Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Yanbu’ul Ulum Sukolilo Pati, Kiai Abdul Kholiq Syafi’i, sistem pengawasan penting dijalankan, terutama perhatian mendalam dari pengasuh pondok terhadap santri.
“Pertama yakni pengawasan dari pengasuh menjadi hal yang paling penting. Sering kali kita jumpai pondok-pondok apalagi yang sudah memiliki santri banyak terkesan kurang mendapatkan perhatian oleh pengasuh pondok, sehingga terlalu dipercayakan kepada pengurus,” papar Kiai Kholiq kepada NU Online, Kamis (8/9/2022).
Menurutnya hal itu menjadikan kemunculan informasi yang telat, terkait apa yang dialami santri termasuk kekerasan yang terjadi. Oleh karena itu pengasuh harus mulai memberikan pengawasan yang lebih dengan kondisi yang ada di pesantren.
“Kedua, pengasuh pesantren memberikan pemahaman kepada pengurus bahwa hukuman (takzir) yang berkaitan dengan fisik harus ditiadakan, dan diganti dengan takzir yang bersifat produktif. Seperti membaca Al Qur’an, membaca alfiyah, atau bersih-bersih yang mengandung unsur pembelajaran dan meningkatkan kemampuan anak,” jelasnya.
Ketiga, Kiai Kholiq menuturkan bahwa pengasuh perlu memberikan sosialisasi atau pemahaman terkait bully atau perundungan. Alangkah baiknya jika pihak pesantren bekerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), atau dengan Lembaga terkait.
“Keempat, melakukan evaluasi diri pesantren. Ini bisa dilakukan oleh pengasuh pesantren bersama para pengurus minimal satu minggu sekali, agar tidak terjadi telatnya informasi. Karena dengan evaluasi itu tentunya para pengurus dapat melapor kepada pengasuh terkait hal-hal yang terjadi di lingkungan pesantren,” ungkapnya.
Terakhir menurutnya, penting untuk memisahkan tempat asrama santri sesuai dengan usianya masing-masing. “Semisal anak usia SD/MI tidak dikumpulkan dengan yang berusia SMP/MTs, dan SMA/MA. Ini dapat meminimalisir terjadinya kekerasan,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: 3 Amalan Meraih Pintu Surga
2
GP Ansor Sidoarjo Dorong Urban Farming dan Kerja Sama Energi untuk Ketahanan Pangan
3
Tangis Haru Warnai Keberangkatan 1193 CJH Kota Malang 2025
4
Meneladani KH Mahmud Hamzah: Ulama, Hakim dan Arsitek Keluarga Maslahah
5
Mengatasi Krisis Moral Melalui Pendidikan Islam yang Holistik
6
Tingkatkan Kualitas, MI Bilingual Ma’arif Ketegan Kunjungan ke Singapura-Malaysia
Terkini
Lihat Semua