PB Kopri PMII Gelar Workshop Reorientasi Gerakan Perempuan Aswaja
Selasa, 3 Juni 2025 | 18:00 WIB
Surabaya, NU Online Jatim
Kopri Pengurus Besar (PB) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar workshop orientasi organisasi bersama Wakil Ketua Umum PBNU, Amin Said Husni. Kegiatan ini dihadiri oleh jajaran Badan Pengurus Harian (BPH) Kopri PB yang bertujuan untuk mengkaji arah gerakan organisasi perempuan Aswaja ke depan.
Amin memberikan pengarahan mengenai pentingnya reorientasi gerakan perempuan dalam konteks kebangkitan intelektual dan tantangan ideologis kontemporer.
"Sahabat-sahabat pengurus Kopri untuk melihat dan me-riview kembali gerakan Kopri saat ini dan untuk memastikan apakah itu masih relevan dengan kondisi tantangan dan kebutuhan di masa mendatang," kata Amin Said.
Dari forum ini muncul gagasan baru, seperti isu kebangkitan intelektual, pengembangan profesionalisme, dan bagaimana kiprah Kopri ke depan bisa lebih maksimal.
"Kerangka orientasi sudah ketemu tinggal bagaimana PB Kopri mengelaborasi, breakdown lagi kerangka dengan lebih detil," jelasnya.
Amin juga menyinggung bahwa feminisme sebagai ideologi merupakan produk dari isme di luar NU. Oleh sebab itu, gerakan perempuan NU harus menyaringnya dengan nilai-nilai pemikiran NU.
"Saya mendorong PB Kopri untuk melakukan diskusi dan kajian spesifik mengenai hal ini agar tidak terjebak pada gerakan feminisme yang ideologis," jelasnya.
Ketua Kopri PB PMII, Wulan Sari Aliyatus Sholikhah, menyampaikan bahwa forum ini menjadi ruang evaluasi internal sekaligus penguatan gagasan dan kritik.
Wulan menyadari bahwa Kopri saat ini sudah menaungi 1.667 kampus, yang artinya kader PMII maupun Kopri telah tersebar luas.
"Ini entitas yang sangat besar sekali dan perlu kita kelola dengan lebih sistematis dan juga dengan manajemen yang lebih baik lagi," kata Wulan, pada Senin (2/6/2025).
Menurutnya, forum ini juga bertujuan untuk menilik kembali core value dari gerakan Kopri dan arah geraknya ke depan.
"Hari ini jajaran Kopri PB PMII kita kembali bersama mencurahkan gagasan utamanya melaksanakan inventarisir belanja masalah," kata Wulan.
Forum ini turut menginventarisasi problematika mulai dari hulu ke hilir hingga tingkat akar rumput, termasuk soal pengkaderan dan eksistensi Kopri.
"Bukan hanya keluhan, tetapi juga masukkan. Ada hal yang mungkin unpredictable juga di luar kuasa dari organisasi yang kita gawangi," kata Wulan.
"Ini menjadi refleksi bersama, akan kita olah dari mulai problem yang ada kita menemukan solving-nya. Jadi problem solving untuk internal akan kita rumuskan bersama," jelasnya.
Wulan juga menuturkan bahwa PMII adalah gerakan perempuan Aswaja An-Nahdliyyah, dan hal ini ditekankan dalam forum tersebut.
"Ada beberapa PR yang diberikan kepada kami, belanja masalah dari berbagai sudut pandang paradigma Kopri sendiri," ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Kopri harus adaptif, tidak takut terhadap kritik, dan tetap bangga sebagai bagian dari gerakan perempuan An-Nahdliyah.
"Saya selalu meng-highlight teman-teman, kalau kita mau kembali membenahi dan ingin memperbesar rumah kita, jangan takut untuk menyampaikan kritik dan juga masukkan," tutur Wulan.
Â
Terpopuler
1
Hadits Keistimewaan Puasa Tarwiyah 8 Dzulhijjah
2
Khutbah Idul Adha: 2 Pelajaran Penting dari Kurban Nabi Ibrahim
3
Jelang Idul Adha, YPM Sidoarjo Distribusikan 70 Kambing Kurban ke Masyarakat
4
Pancasila Selaras dengan Ajaran Islam, Keadilan Sosial Jadi Bukti
5
Ketua IPPNU Jatim Ulas Gambaran Organisasi di Masa Depan
6
Jelang Idul Adha PWNU Jatim Terima Hewan Kurban dari DPD Golkar
Terkini
Lihat Semua