Surabaya, NU Online Jatim
Di era 1980-1990 an, Indonesia mengalami tingkat deforestasi yang signifikan akibat ekspansi sektor perkebunan, pertambangan dan permukiman. Hal demikian mengakibatkan terjadinya bencana alam, seperti banjir, tanah longsor hingga penurunan kualitas udara.
Merespons hal ini, Dosen PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Agus Wahyudi, mengatakan bahwa kondisi hutan di Indonesia saat ini cukup menyedihkan.
“Meskipun masih didominasi dengan hutan yang asri, akan tetapi dampak dari memburuknya kondisi hutan di Indonesia ini bisa dirasakan, bahkan terus memburuk,” ujarnya dilansir unusa.ac.id, Senin (13/01/2025).
Hal demikian didukung dengan munculnya bencana alam dan global warming. Bahkan, di beberapa kawasan juga mulai muncul satwa-satwa ke permukiman warga karena kehilangan rumah yang selama ini menjadi habitatnya.
“Tidak sedikit juga yang muncul itu satwa-satwa spesies langka,” ujar Agus yang juga pegiat lingkungan ini.
Melihat hal ini, Agus sebagai akademisi yang fokus pada pendidikan dasar juga menegaskan bahwa pendidikan mengenai lingkungan hidup sejak dini cukup penting. “Mengedukasi sejak dini mengenai bagaimana pentingnya peran pohon,” jelasnya.
Bukan hanya berupa materi, penting bagi peserta didik untuk melihat secara faktual kondisi hutan tersebut. Sehingga kesadaran akan lingkungan bisa terbangun sendiri dengan pengalaman yang dimiliki.
“Peran pohon sendiri begitu besar untuk kehidupan makhluk hidup. Mulai dari sumber oksigen, menyediakan pasokan makanan, sumber biodiversitas, hingga menyerap limpasan,” tutur Agus.
Namun, ia menyayangkan dengan pandangan orang awam terhadap relasi lingkungan dengan manusia. Bahwa manusia dan lingkungan tidak memiliki keterkaitan, padahal senyatanya keduanya memiliki relasi.
“Karena pada dasarnya manusia itu termasuk makhluk hidup dan membutuhkan lingkungan itu,” pungkasnya.