• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Pendidikan

Seminar Internasional di Unisma Bahas Spesialnya Umat Muslim Indonesia

Seminar Internasional di Unisma Bahas Spesialnya Umat Muslim Indonesia
Pemberian kenang-kenangan oleh Rektor Unisma, Prof. Maskuri, M.Si. kepada Dosen Monash University Australia, Prof Nadirsyah Hosen PhD. (Foto: NOJ/Tugu Malang)
Pemberian kenang-kenangan oleh Rektor Unisma, Prof. Maskuri, M.Si. kepada Dosen Monash University Australia, Prof Nadirsyah Hosen PhD. (Foto: NOJ/Tugu Malang)

Malang, NU Online Jatim

Universitas Islam Malang (Unisma) menggelar seminar Internasional bertajuk ‘Indonesian Islam in The Face of the West: Legal and Social Perspectives‘ di Gedung Pascasarjana, Hall Abdurrahman Wahid, Jum’at (12/5/2023).


Dosen Monash University Australia, Prof Nadirsyah Hosen PhD menjadi keynote speaker dalam seminar Internasional tersebut. Dalam seminar itu, Nadirsyah membahas spesialnya umat muslim di Indonesia.


Menurut pria yang juga Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Australia – Selandia Baru itu memandang Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menjalankan sistem Islam yang demokratis.


Indonesia dilirik menjadi negara yang masuk dalam peta demokrasi dunia karena mampu menjalankan Islam dan demokrasi yang baik, tanpa peperangan hingga campur tangan militer. Contoh utamanya seperti pelaksanaan pemilihan umum atau Pemilu.


“Dimana kita selalu teratur melakukan pemilihan (pemilu, red). Misal ada konflik suara, semua diselesaikan dengan jalur hukum. Bukan dengan cara mengerahkan massa atau melibatkan militer,” ujarnya.


Menurut Nadirsyah, prinsip demokrasi Islam dan konstitusi tetap berjalan berdampingan. Meski memang sistem demokrasi yang utuh masih butuh waktu untuk mewujudkannya. Berbeda dengan Saudi Arabia, Mesir, dan Turki yang dinilai menjadi patron negara Islam wasathiyah. Tapi jika dilihat lebih dalam lagi, Indonesia sudah menerapkan sistem Islam tersebut sejak lama.


“Kalau sistem kekhalifahan ini kan bisa bubar, karena sistem khalifah ini tidak bisa beradaptasi. Padahal sistem negara kan harus fleksibel, dia harus bisa membuka diri,” jelasnya.


Keberadaan organisasi masa Islam seperti NU dan Muhammadiyah sangat berkontribusi mewujudkan Islam moderat. Sebagai penunjangnya, diperlukan lembaga pendidikan yang bertugas mencetak generasi masa depan. Dia berharap Unisma dapat menjadi patron bagi semua perguruan tinggi NU di Indonesia.


“Kalau Mesir punya Al-Azhar, Indonesia punya Unisma. Saya harap pemahaman Islam moderat ala NU dan Muhammadiyah ini bisa diteruskan karena itu menjadi tameng yang luar biasa,” paparnya.


Sementara, Rektor Unisma, Prof. Maskuri, M.Si. berpendapat senada dengan itu. Bahkan, Unisma memiliki misi toleransi, harmoni dan keadilan di tengah budaya dan peradaban dunia.


Kampus Unisma memiliki konsep tasamuh, tawasuth dan tawazun. Sehari-hari, Dosen Unisma merespon isu-isu penting di dunia. Mulai dari isu strategis, ekonomi, budaya, politik, seni dan lain-lain dari perspektif Islam. Ini diharapkan dapat memberi pencerahan pada dunia Internasional.


Pendidikan Terbaru