• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

KH Moh Romzi Al-Amiri Mannan: Profil Kiai Pesantren dan Santri Produktif

KH Moh Romzi Al-Amiri Mannan: Profil Kiai Pesantren dan Santri Produktif
Almaghfurlah KH Moh Romsi al-Amiri Mannan. (Foto: NOJ/Bd)
Almaghfurlah KH Moh Romsi al-Amiri Mannan. (Foto: NOJ/Bd)

Oleh: Ustadz Khairuddin Habziz*

 

Ramah, akrab dan bersahaja. Itulah kesan yang saya tangkap dari sosok Mudir Ma’had Ali Nurul Jadid Paiton Probolinggo saat beberapa kali bertemu, KH Moh Romsi al-Amiri Mannan. Dia tercatat menantu seorang kiai kharismatik al-maghfurlah KH Abdul Wafi Paiton pengarang shalawat al-Nahdhiyyah yang viral sejak dilantunkan oleh Veve Zulvikar, seorang gadis muda penyanyi lagu kasidah-kasidah arab itu.

 

Subhanallah. Namun siapa sangka di balik kebersahajaan dan kesederhanaannya, dia adalah bak mutiara tersembunyi di antara celah-celah batu karang lautan. Intan permata di antara hamparan bebatuan, kayu gaharu di antara deretan pepohonan di tengah lebatnya hutan belantara.

 

Dia adalah sosok kiai muda yang al-alim (cerdik-cendikia) al-fadil (utama), seorang penulis yang sangat produktif. Pada saat saya diminta untuk sharing metode dan strategi pembelajaran kaidah fikih dan ushul fikih melalui acara bedah buku kembar kaidah fikih dan ushul fikih di lembaga Ma’had Aly yang beliau pimpin, tanpa diduga sebelumnya saya diberi hadiah berharga berupa sejumlah kitab karangannya. Tidak kurang dari 40 judul telah disusun di dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari ilmu fikih, ushul fikih, faraid, ilmu arudh, nahwu-sharaf, balaghah, akidah, hingga tasawuf.

 

Sungguh, andai saat ini karangannya ini tidak sepopuler kitab Fathul Qarib misalnya, tapi saya yakin generasi akan datang akan mengapresiasi karya-karyanya. Suatu saat, ketika menghadap Sang Pencipta, generasi demi generasi akan mengenalnya sebagai salah satu kiai pesantren produktif yang karya-karyanya akan tercatat di deretan koleksi kitab-kitab ulama Nusantara.

 

Jika disimak sebagian kecil karangannya disusun dengan menggunakan bahasa Indonesia, namun sebagian besar justru menggunakan bahasa Arab yang sebenarnya bukan merupakan bahasa aslinya.
 

Porsi ini mengisyarahkan tingkat kematangannya di bidang tata bahasa Arab yang merupakan bahasa pengantar kitab-kitab turats di dunia Islam. Salah satu sampel yang menunjukkan kematangannya di bidang bahasa sekaligus kitab-kitab turats adalah kitab yang berjudul As-Tsamrah al-Yani’ah mengulas tentang akidah Ahlussunah wal Jama’ah yang disusun dalam bentuk nadzam dan syarah. Ternyata nadhim (penggubah bait-bait syair) dan sekaligus syarih (pemberi penjelasan) adalah dirinya sendiri.

 

Bagi saya, keistemewaan ini tidaklah mengejutkan. Mengapa? karena saya yakin keistemewaan ini tidak didapatkan secara gratis semudah membalikkan telapak tangan. Dari profil singkat yang tertera pada karangannya, saya membaca setidaknya ada dua ‘mahar’ yang dipersembahkan untuk mendapatkan keistemewaan itu.

 

Pertama, adanya kesungguhan, keseriusan, dan kegigihan di dalam menuntut ilmu. Kesungguhan ini sangat nampak dari rihlah dan tabarrukannya dari pesantren ke pesantren. Mulai dari Pondok Pesantren Hidayatut Talibin asuhan kedua orang tuanya di Sumenep, kemudian melanjutkan ke PP Annuqayah Guluk-Guluk, Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta asuhan KH Ali Maksum dan Al-Anwar Sarang asuhan KH Maimun Zubair

 

Kedua, keseriusannya untuk terus berproses menuju kematangan ilmiah dan amaliah. Almarhum berprinsip bahwa tidak semua santri yang lulus dari pesantren langsung menjadi orang alim, tetapi pengalaman terus belajar tanpa henti. Itulah peluang terbesar untuk menjadikan seorang santri menjadi rasikh fil ilmi, setidaknya lebih baik dari hari kemarin.
 

Maka, ‘Jangan pernah berhenti mengaji dan mengkaji karena itu adalah watak santri yang sesungguhnya’.

‘Jujurlah pada diri sendiri karena itu kunci kesuksesan seorang santri’

 

Adalah karib almarhum sekaligus Katib Ma’had Aly Situbondo.


Editor:

Rehat Terbaru