• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Rehat

Menyelamatkan Pendidikan di Tengah Pandemi

Menyelamatkan Pendidikan di Tengah Pandemi
Saat pandemi, semangat belajar jangan kendor. (Foto: NOJ/PJt)
Saat pandemi, semangat belajar jangan kendor. (Foto: NOJ/PJt)

Pandemi Corona masih belum menunjukkan tanda kapan akan segera berakhir. Karena itu, semua pihak hendaknya bersama melakukan ikhtiar agar bencana ini dsapat segera berakhir.

 

Dalam sebuah hadits disebutkan:

 

الْفَرُّ مِنَ الطَّاعُوْنِ كَالْفَرِّ مِنَ الزَّحْفِ وَالصَّابِرُ فِيْهِ كَالصَّابِرِ فِي الزَّحْفِ (رواه أحمد)

 

Artinya: Orang yang lari dari ta’un (wabah penyakit) adalah seperti orang yang lari dari pertempuran. Dan orang yang sabar padanya adalah seperti orang yang sabar dalam pertempuran. (HR Ahmad, kitab Al-Jami’us Shaghier, hadits nomor 5972).

 

Merujuk pada hadits tersebut, jika wabah penyakit melanda sebuah wilayah, maka jika kita qiyas-kan (menyamakan suatu hukum atau perkara baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu), maka hadits tersebut dapat digunakan sebagai referensi. Dalam hal ini, wabah penyakit atau sebuah pandemi, kita sikapi dengan cara meneladani saat pandemi ta’un di masa Rasulullah SAW. 

 

Hadits di atas mengibaratkan bahwa wabah ta’un adalah sebuah pertempuran yang mana kita diharapkan bersabar dalam menghadapinya, dan tetap memiliki optimis dalam melewati masa sulit pandemi.

 

Berbicara masa-masa sulit, mari kita tarik sejarah saat Jepang sempat hancur meledaknya bom di kota Nagasaki dan Hiroshima oleh Amerika. Jepang saat itu lumpuh total dengan korban meninggal mencapai jutaan, dan efek radiasi bom diperkirakan membutuhkan puluhan tahun untuk memperbaiki semuanya. Kemudian Jepang terpaksa menyerah kepada Sekutu, lalu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua Jenderal yang masih hidup dan bertanya:

 

“Berapa jumlah guru yang tersisa?”

 

Para jenderal menjawab dengan tegas kepada kaisar bahwa mereka mampu menyelamatkan dan melindungi kaisar tanpa bantuan guru. Lantas, Kaisar Hirohito berkata:

 

“Kita telah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang. Tapi kita tidak tahu bagaimana mencetak bom yang sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak bisa belajar, bagaimana kita akan mengejar mereka?”

 

Maka dikumpulkanlah sejumlah guru yang masih tersisa di seluruh pelosok kota, karena sekarang kepada mereka (guru) kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.”

 

Begitulah ungkapan Kaisar Hirohito yang menunjukkan pentingnya nilai pendidikan dalam kemajuan sebuah negara. Kebijakan yang mendukung kebangkitan pendidikan tersebut, kemudian telah mengangkat Jepang menjadi negara maju hanya dalam kurun 20 tahunan. Dengan kata lain, 30 tahun lebih awal karena prediksi dunia bahwa Jepang akan bangkit setelah 50 tahun dari tragedi tersebut.

 

Sejarah ini menjadi bukti dan sebagai ilustrasi bahwa kemajuan sebuah bangsa mutlak memerlukan peran guru. Dengan begitu, sangatlah penting agar kita senantiasa mengangkat kepedulian meningkatkan pendidikan, terutama di tengah situasi pandemi. Pendidikan yang bermutu, secara domino pastilah kelak melahirkan generasi bangsa yang sehat, bukan hanya secara fisik, namun juga dalam aspek secara perekonomian, moral, dan sosial.


Editor:

Rehat Terbaru