Pukul 14.40 WIB, tanggal 14 November 2024, merupakan waktu kehilangan yang akan selalu dikenang bagi keluarga besar Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) seantero negeri. Bagaimana tidak, sosok bersahaja yang telah menjadi inspirasi perjuangan bagi kader IPNU telah menyelesaikan tugas mulianya di dunia. Ia adalah KH Moensif Nahrowi Thohir, yang berpulang menghadap Sang Kuasa.
Berpulangnya Kiai Moensif ke Rahmatullah bukan hanya meninggalkan duka yang sangat mendalam, tetapi juga menyisakan semangat yang akan terus berdengung di benak seluruh kader IPNU di Indonesia. Ia merupakan saksi mata atas upaya pendirian organisasi pelajar yang berada dalam naungan Jamiyah Nahdlatul Ulama.
Kiai Moensif menjabat sebagai Pimpinan Pusat (PP) IPNU di era kepemimpinan Ketua Umum KH Moch Tholchah Mansoer. Sebagai salah satu, mungkin satu-satunya, dari para pengurus awal IPNU yang masih sempat ditemui oleh kader-kader dalam satu dasawarsa terakhir, Kiai Moensif sukses menjadi contoh hidup keteladanan yang sangat berharga.
Sosok yang sangat sederhana ini, adalah pengingat yang baik tentang peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah IPNU. Semua kenangan itu masih melekat erat dalam benaknya, hingga siapapun yang diajak bercerita tentang hal itu seperti diseret kembali kepada masa-masa heroik tersebut.
Ia kerap kali menunjukkan sebuah album foto sederhana yang berisi jepretan momen-momen penting dalam sejarah IPNU. Salah satu yang paling berharga adalah foto Presiden Pertama RI, Ir Soekarno, saat menghadiri deklarasi dan pelantikan pertama IPNU di Kota Malang.
Kiai Moensif menceritakan betapa penting kehadiran Ir Soekarno pada momentum tersebut. Saat itu, Bung Karno bukan hanya Presiden RI, melainkan tokoh penting dalam percaturan peta politik dunia. Pasca perang dunia kedua, seluruh dunia dalam iklim politik yang sangat panas, baik bagi pemenang perang maupun pihak yang kalah. Banyak negara jajahan yang memilih untuk memerdekakan diri serta melapaskan pengaruh kolonialisme.
Diceritakan oleh Kiai Moensif, posisi Presiden RI pertama itu sangat berpengaruh karena kerap kali melakukan pergerakan dan provokasi pada negara-negara tertentu untuk merdeka. Gagasan ini disambut sangat baik oleh berbagai negara di dunia untuk menghimpun kekuatan melawan penjajahan. Berkat hal ini, Bung Karno menjadi sosok yang sangat penting, bukan hanya bagi Indonesia tapi juga dalam politik internasional. Maka dari itu, kehadiran Ir Soekarno dalam pelantikan pertama ini telah melegitimasi posisi IPNU sebagai organisasi penting dan memiliki nilai tawar yang tinggi.
Sudut pandang sejarah ini kerap kali disampaikan oleh Kiai Moensif kepada setiap kader yang bertamu ke rumahnya. Ia mengatakan bahwa semangat belajar dan berjuang harus senantiasa dihidupkan dalam jiwa setiap anggota dan kader IPNU karena mereka sedang berada dalam rumah juang yang tepat.
Dalam pandangan Kiai Moensif, IPNU merupakan tempat berhimpun, wadah komunikasi, aktualisasi, serta menjadi bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia secara utuh. Keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan Jamiyah Nahdlatul Ulama dalam menempatkan pelajar sebagai sumberdaya insani yang vital. IPNU dituntut untuk mampu berkiprah lebih banyak dalam kancah pembangunan bangsa dan Negara.
Sebagai jembatan hidup antara masa awal IPNU dan era perjuangan masa kini, Kiai Moensif berusaha mewariskan nilai-nilai luhur dan latar belakang fundamental dalam pendirian organisasi ini. Sorot matanya yang masih tajam di usia senja, menyiratkan pesan mendalam bagi semua kader IPNU diseluruh Indonesia, bahwa setiap pencapian yang hari ini didapatkan merupakan buah dari perjuangan yang ditanam oleh para pendahulu. Maka dari itu, kepulangannya dalam pelukan Sang Kuasa selayaknya mampu menjadi bahan renungan atas segala perjuangan yang sedang dan akan dilakukan bersama.
Selamat jalan pejuang! Selamat jalan, Kiai! Semoga Allah SWT menganugerahkan posisi yang mulia di sisi-Nya. Semoga engkau dijajarkan pada barisan para pejuang agama Allah, syuhada’ was sholihin.
Penulis: Ilman Ardhy Chalim (Kab. Malang)