• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 28 Maret 2025

Rehat

KH Moensif Nahrowi: Independensi PMII Tahun 1991 Hanya Taktis Semata

KH Moensif Nahrowi: Independensi PMII Tahun 1991 Hanya Taktis Semata
KH Moensif Nahrowi, salah satu pendiri PMII, disalamin kader PMII UINSA Surabaya. (Foto: NOJ/ Dok. PMII UINSA)
KH Moensif Nahrowi, salah satu pendiri PMII, disalamin kader PMII UINSA Surabaya. (Foto: NOJ/ Dok. PMII UINSA)

Oleh: Yusuf Amrozi


Pada Rabu (04/09/2024) malam, di Hall Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya, saya mendapat surprise bisa bertemu dan bersalaman dengan salah satu pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bahkan berdasarkan yang disampaikannya, ia satu-satunya muassis PMII yang masih hidup. Ia adalah KH Moensif Nahrowi.

 

Sebagaimana diketahui, PMII didirikan oleh sejumlah pemuda dan mahasiswa berlatar Nahdlatul Ulama. Mereka itu adalah M Chalid Mawardi (Jakarta), M Said Budairy (Jakarta), Hilman Badrudinsyah (Bandung), Ismail Maky (Yogyakarta), Moensif Nahrowi (Yogyakarta), Nuril Huda (Surakarta), Laily Mansur (Surakarta), Abdul Wahab Jaelani (Semarang), Hisbullah Huda (Surabaya), M Calid Narbuko (Malang), serta beberapa nama lain.

 

Mereka bersidang di salah satu ruangan di Taman Pendidikan Khodijah (sebuah yayasan pendidikan milik Muslimat NU di Wonokromo, Surabaya), yang kemudian mendeklarasikan organisasi PMII pada 17 April 1960, sebagai wadah perjuangan mahasiswa Nahdlatul Ulama.

 

Kiai Moensif ke UIN Sunan Ampel dalam rangka menghadiri undangan dari Pengurus Komisariat PMII Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang sedang dilantik atau dikukuhkan kepengurusan baru. Hadir pula dalam acara ini sesepuh dan alumni PMII IAINSA/UINSA, para dosen dan pimpinan, serta tentu saja yang berbahagia para pengurus yang dilantik, serta para kader PMII UINSA.

 

Ia bercerita bahwa di era yang sudah berubah ini, pola pengkaderan PMII juga harusnya mempertimbangkan perubahan zaman. Namun demikian, ada yang tidak boleh berubah yaitu terkait dengan pola hubungan antara PMII dengan Nahdlatul Ulama pada setiap level tingkatan kepengurusan. Makna dari hal itu adalah bahwa PMII tidak boleh independen dengan NU.

 

Kiai yang sekarang tinggal di Singosari Malang ini menjelaskan, bahwa pada tahun 1991 ada Kongres PMII di Murnajati Malang yang memutuskan bahwa PMII independen dengan NU. Karena saat itu situasi politik nasional di era kepemimpinan Presiden Soeharto memprioritaskan aspek stabilitas. Salah satu dampaknya adalah pihak-pihak yang dirasa mengganggu stabilitas perlu diupayakan langkah-langkah untuk menjaga stabilitas demi pembangunan nasional. Maka kemudian belakangan jika ada pihak yang kritis maka dianggap oposisi.

 

Ia menyampaikan bahwa sebenarnya langkah yang dipilih untuk bersikap independen itu hanyalah siyasah atau strategi taktis saja. Artinya manakala ada hal-hal lain yang di luar kendali, atau jika sampai pada NU dibubarkan oleh pemerintah, maka secara legal organisatoris PMII tidak ikut bubar. Namun sayangnya semangat itu nampaknya terbawa secara mendalam hingga hari ini, sehingga nampak PMII secara organisasi terasa benar-benar independen dan tidak boleh terkooptasi oleh Nahdlatu Ulama.

 

Walau sudah berumur 80-an, Kiai Moensif masih jelas suara dengan intonasi orasi yang tegas dan runtut. Masih jelas memori atau kenangan akan sejarah masa lalunya bersama PMII. Dengan memakai jas almamater PMII, ia menyampaikan cerita masa lalu serta asa yang diharapkan terhadap kepemimpinan PMII saat ini.

 

Ia masih sering diundang oleh jajaran struktur kepengurusan PMII. Tidak hanya diundang Pengurus Cabang atau Pengurus Koordinator Cabang PMII. Diundang Pengurus Rayon pun andai waktunya bisa, ia mengaku siap hadir. “Bahkan jas almamater yang saya pakai ini adalah pemberian salah satu Pengurus Rayon PMII di Universitas Jember,” paparnya. Memang sehari-hari ia sudah mengenakan tongkat untuk membantu berjalan. Suatu kewajaran di usianya yang sudah hampir kepala sembilan.

 

Harap Bertemu Ketum PB PMII

Kiai Moensif pun berharap dapat bertemu dengan Ketua Umum PB PMII yang baru terpilih untuk bisa mengemukakan gagasan dan masukan pemikiran, utamanya untuk mengembalikan hubungan PMII dengan NU.

 

Sebagai informasi, Muktamar NU tahun 2015 di Jombang telah memutuskan dan menegaskan bahwa PMII adalah badan otonom NU. Untuk selanjutnya memberikan kesempatan kepada PMII melalui Kongres untuk memutuskan status Banom ini secara legal formal. Tetapi nampaknya dari Kongres PMII pasca tahun 2015 itu, hal itu masih belum ada keputusan formal untuk mau menerima tawaran ‘kembali’ secara formal ke orang tua (NU).  

 

Kegiatan malam resepsi pelantikan PK PMII UINSA ini berlangsung meriah dengan diselingi dengan kegiatan atraksi seni hingga musikalisasi puisi. Sesepuh yang hadir adalah Prof Dr HM Ridlwan Nasir MA serta Prof Dr KH Ali Mashan Moesa MSi.


Rehat Terbaru