• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Tapal Kuda

Kewajiban selalu Menyambungkan Diri kepada Ulama NU

Kewajiban selalu Menyambungkan Diri kepada Ulama NU
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jember, NU Online Jatim

Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur, Kiai Harisudin menyarankan agar organisasi-organisasi NU untuk senantiasa menyambungkan diri kepada ulama atau kiai. Hal ini penting dalam menjaga organisasi NU untuk selalu sejalan dengan visi dan tujuan jamiyah.
 

Hal ini disampaikan pria yang akrab disapa Prof Haris pada acara Harlah ke-99 NU, IPNU ke-68, IPPNU ke-67  sekaligus Nisfu Sya`ban dengan tema ‘Revolusi & Revitalisasi Spirit Pelajar untuk Menyongsong Peradaban’, Ahad  (20/3/2022). Acara ini diselenggarakan oleh  PKPT IPNU-IPPNU UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember di gedung teater kampus setempat.
 

“Menyambungkan diri kepada ulama atau kiai NU, artinya belajar, sowan, mengaji ke beliau-beliau untuk menimba ilmu. Misalnya ngaji tentang khittah NU, Mabadi Khaira Ummah, politik dan NU.Itu sangat luar biasa dan perlu dilakukan,” jelas Prof Haris.
 

Dalam kesempatan itu, Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember tersebut membeberkan tiga hal penting yang dapat menjadi pegangan bagi para pelajar NU.
 

Pertama, jangan pernah merasa selesai dalam mencari ilmu. Menurut Prof Haris, ilmu yang dimiliki oleh setiap orang masih sangatlah sedikit dibandingkan ilmu yang tersebar di berbagai kitab atau buku.
 

“Orang-orang yang merasa dirinya pintar, maka sebenarnya dia dalam kebodohan.Dengan itu, dalam mencari ilmu jangan sampai titik (.), tetapi cukup koma (,). Artinya proses menimba ilmu terus dilakukan hingga akhir hayat,” ungkapnya.
 

Kedua, dalam belajar tidak boleh untuk memandang agama, kelompok, ras, aliran, dan sebagainya.
 

“Pengetahuan apa saja boleh diambil, khususnya pengetahuan yang bermanfaat untuk umat.Tidak perlu melihat jenis kelaminnya, agamanya, kelompoknya dan sebagainya.Silahkan, belajar siapapun dan di manapun,” tutur kiai yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Mangli Jember tersebut.
 

Ketiga, selalu melakukan suatu hal yang luar biasa.Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jatim tersebut mengutip perkataan Syekh Ibnu Atha`illah yaitu bagaimana kamu bisa menjadi orang yang luar biasa, sementara yang kamu lakukan biasa-biasa saja.
 

“Kalau kalian ingin menjadi luar biasa, lakukan sesuatu yang luar biasa tentunya yang bermanfaat.Seperti menambah waktu belajar dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Prof Haris.
 

Pada kesempatan tersebut, Guru Besar UIN KHAS Jember itu menyinggung agar semboyan ‘NKRI Harga Mati’ terus digemakan oleh para kiai dan ulama NU.Sedangkan para pemuda dan pemudi NU untuk menjaga NKRI dengan mengisi berbagai bidang di seluruh kehidupan.
 

“Kita tidak mau kalau yang mengisi sektor penting di kehidupan bernegara ini, diduduki oleh orang-orang yang bukan NU, sedangkan NU sendiri di waktu yang sama masih mempunyai figur-figur yang tidak kalah kompeten di bidangnya,” tegasnya.
 

“Slogan ‘NKRI Harga Mati’ adalah slogan kosong yang digunakan untuk menyatukan umat dalam melawan kelompok yang berusaha merongrong kedaulatan NKRI. Sangat disayangkan jika orang yang menduduki jabatan penting di negara ini diisi oleh orang-orang yang bersikap biasa saja kepada kelompok-kelompok radikal tersebut,” tambahnya.
 

  

Dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Penulis dan Peneliti Islam Nusantara tersebut berpesan, agar pemuda-pemuda NU untuk menguasai ilmu di bidangnya masing-masing.Jabatan dan posisi penting di berbagai sektor sangat perlu diduduki oleh Nadliyin. Karena NU adalah organisasi yang dari dulu tidak dapat ditawar kesetiaannya terhadap NKRI.
 

Penulis: M Irwan Zamroni Ali


Editor:

Tapal Kuda Terbaru