• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Tapal Kuda

HAJI

Kisah Pasutri di Lumajang Berangkat Haji dari Hasil Ternak Bebek

Kisah Pasutri di Lumajang Berangkat Haji dari Hasil Ternak Bebek
Surip, calon jamaah haji asal Lumajang. (Foto: NOJ/jatimhariini.co.id)
Surip, calon jamaah haji asal Lumajang. (Foto: NOJ/jatimhariini.co.id)

Lumajang, NU Online Jatim

Surip bin Jumali (67) dan Roidah binti Muktar (64) pasangan suami istri (pasutri) asal Dusun Krajan, Desa Labruk Lor, Kecamatan/Kabupaten Lumajang bakal berangkat menuju tanah suci dalam kloter 49 pada tanggal 10 Juni pekan depan, setelah sebelumnya dikabarkan gagal berangkat.


Surip mengaku tidak menyangka jika niatnya berangkat haji bisa terwujud setelah bertahun-tahun menunggu. Apalagi dirinya hanya seorang pengangon bebek di sawah.


Meski begitu, Surip bangga karena bisa mendaftarkan namanya bersama istrinya menjadi calon jamaah haji pada Juni 2011 silam. Kala itu, ia mendaftarkan diri dengan uang cash dari hasilnya angon bebek.


"Sebetulnya tahun 2020 kemarin mau berangkat, tapi karena pandemi dan usia saya lebih tua setahun dari yang dipersyaratkan. Alhamdulillah bisa berangkat tahun ini," ujarnya yang dilansir dari jatimhariini.co.id, Ahad (04/06/2023).


Surip menceritakan, perjuangannya hari demi hari menyisihkan uang sisa belanja keperluan dapur terus ia kumpulkan bertahun-tahun. Yang bisa ia sisihkan tidak banyak, mulai dari Rp10 ribu sampai sekitar Rp70 ribu. Setelah terkumpul, langsung ia pakai untuk mendaftar.


"Nabungnya di rumah, yang jelas uang segitu lebih dari 13 tahun mengumpulkannya," terangnya.


Selama ini, ia menghabiskan hidupnya dengan menggembala bebek secara berpindah-pindah, dari sawah yang satu ke sawah yang lain. Profesi itu ia jalani sejak usia belasan tahun, hingga saat ini sudah berlangsung sekitar 50 tahun lebih.


Kini bebek miliknya yang berjumlah sekitar 100 an ekor ia jual sebagai bekal selama menjalankan ibadah haji. Hal itu ia lakukan lantaran khawatir tidak ada yang merawat bebek-bebek itu.


"Masih ada 10 ekor, nanti pulang haji ya angon bebek lagi daripada diam di rumah. Sebetulnya sudah tidak boleh, disuruh istirahat tapi saya tidak mau," ungkapnya.


Sejak menikah, ia dibantu istrinya dengan mengolah dan menjual telur bebeknya itu setelah dijadikan telur asin. Bahkan sekarang sudah banyak pelanggan yang membeli telur asin buatannya dalam jumlah besar. Sementara bebek yang sudah tidak bertelur, ia jual jadi bebek potong ke luar kota.


"Dulu sewaktu masih muda, sampai ada 2500 ekor lebih. Sampai ada 7 orang yang saya pekerjakan. Kerja angon bebek lebih irit biaya,” tandasnya.


Tapal Kuda Terbaru