Probolinggo, NU Online Jatim
Ketua Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor (MDSRA) Kabupaten Probolinggo, Gus Bahrul Lahut mengatakan bulan Safar menurut sesepuh adalah bulannya manusia. Hal ini didasarkan dari pengambilan kata صفر/ صفراء yang berarti kuning yang digambarkan dalam Jennang atau Tajin Safar.
"Manusia disimbolkan dengan warna kuning tak peduli latar belakangnya. Memiliki sisi putih yang dilambangkan dengan hati nurani. Bulatan melambangkan dari sisi manapun manusia, sebagai hamba Tuhan yang Maha Esa," ujarnya.
Dari penjelasan itulah para sesepuh atau nenek moyang memaknai Bulan Safar sebagai bulan introspeksi diri, setelah pergantian tahun yang menandakan semakin berkurangnya umur manusia. Menurutnya, Safar bukanlah bulan sial, sebab hal itu hanyalah mitos.
Ia menambahkan, di bulan Safar juga dikenal ada Rebo Wekasan, atau hari Rabu terakhir di setiap bulan. Hal demikian menurut Gus Lahut hanyalah mitos. Penjelasan itu berdasarkan kitab Fawaidul Mukhtar karangan Al Habib Zain Bin Ibrahim bin Smith.
"Disebutkan bahwa yang diwaswasi Habib Abdullah Al Haddad adalah akhir hari Rabu dari setiap bulan berdasarkan ayat Al-Qur'an," terang Ketua Yayasan Bahjatul Ulum Sumbermuning Kecamatan Tegalsiwalan, Probolinggo itu.
“Dan setelah saya lihat di kitab Tafsir Jalalain, ternyata diketerangannya hari nahas (sial) itu hari Rabu terakhir setiap bulan,” imbuhnya.
Jadi, hari Rebo Wekasan sebenarnya bukan hanya pada bulan safar. Ulama terdahulu kemungkinan sudah berulang kali menyimpulkan di Rebo Wekasan terjadi pada bulan safar, karena bala yang Allah turunkan lebih banyak dari bulan lain. Tetapi, ini hanya hukum adat atau sebuah ketetapan yang disimpulkan berdasarkan kejadian yang berulang-ulang.
"Kita hendaknya berikhtiar saja dengan memperbanyak sedekah, karena sedekah bisa menghindarkan kita dari bala," jelas Gus Lahut.
Di samping itu, lanjut Gus Lahut, selain dikenal dengan beberapa mitos buruk yang terjadi di bulan Safar, ada beberapa peristiwa juga yang masyhur di bulan Safar.
“Di antaranya adalah pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Khodijah dan pernikahan Sayyidina Ali dengan Sayyidah Fatimah,” tandasnya.