• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Tapal Kuda

Ustadz Anwar Syamsuddin, Ahli Kaligrafi Pencetus Khat Masyriqi Asal Lumajang

Ustadz Anwar Syamsuddin, Ahli Kaligrafi Pencetus Khat Masyriqi Asal Lumajang
Ustadz Anwar Syamsuddin. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif).
Ustadz Anwar Syamsuddin. (Foto: NOJ/ Sufyan Arif).

Lumajang, NU Online Jatim

Ustadz Anwar Syamsuddin, sosok sederhana asal Desa Selok Awar-Awar Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang merupakan ahli kaligrafi terkenal di kalangan seniman kaligrafi. Bukan hanya di Jawa Timur, tetapi juga di level nasional.

 

Berkat keahliannya, Ustadz Anwar berhasil mencetuskan khat baru yang dinamakan Khat Masyriqi.

 

Keahlian kaligrafi sosok humoris kelahiran 20 April 1972 ini berawal dari hobi menggambar hingga menekuni seni lukis sejak di pesantren. Hingga karya karikaturnya sering dimuat di media-media cetak besar waktu itu.

 

"Kebetulan saya waktu mondok dulu sering buat majalah dinding humor kritikan dan itu banyak disenangi. Tahun 2011 lomba kartun nasional saya dapat, juga sering ngisi di berbagai koran besar di Indonesia seperti Jawa Pos, Indopers, majalah bola, dan lainnya untuk karikatur humornya," tuturnya kepada NU Online Jatim disela-sela mengisi acara di studio Media Center An-Nahdloh (MCN) Lumajang pada Sabtu, (04/09/2021).

 

Anwar muda dikenal sebagai santri tak kenal lelah. Hobi melukisnya terus ia kembangkan. Namun suatu hari saat ada pameran kaligrafi di Lumajang, jiwa seninya terkagum-kagum dengan salah satu karya kaligrafi peserta sehingga ia mulai tertarik dengan kaligrafi.

 

Singkatnya, ia pun mulai mengasah seni kaligrafinya di Pesantren Kiai Syarifuddin Wonorejo Lumajang tempatnya nyantri dengan tekun. Meski begitu, ia tak serta-merta meninggalkan hobi menggambarnya. Terbukti setelah dari pesantren ia melanjutkan sekolah khusus seni lukis yang ada di Malang.

 

"Inspirasi saya waktu itu melihat tulisan Arab yang sangat bagus, akhirnya saya mulai tekuni dan berhasil menggabungkan keduanya. Berkat ini pula saya dinyatakan lulus setelah 9 bulan belajar di pusat pengembangan seni di Malang yang seharusnya ditempuh satu tahun setengah. Hal itu juga berkahnya kaligrafi yang saya padukan dengan seni lukis saat mengerjakan tugas akhir," ungkapnya.

 

Setelah lama melintang di dunia kaligrafi, Ustadz Anwar akhirnya menjadi dewan hakim Musabaqoh Tilawatul Qur'an (MTQ) tingkat Jawa Timur. Bahkan menjadi pembina Kaligrafi di Lembaga Pengembangan Tilawatul Qur'an (LPTQ).

 

Hingga akhirnya timbul keinginan besar Ustadz Anwar untuk membuat hal baru di dunia kaligrafi.

 

"Saya selesai kompetisi sebagai peserta MTQ itu tahun 2000-2003. Mulai saat itu saya coba membuat-buat kaligrafi dengan wajah baru, tapi sejak 2003 sampai 2016 tidak ketemu-ketemu. Ketika coba dilenturkan ketemu diwani, ketika dibuat kaku ketemu riq'ah atau kufi pokoknya selalu begitu," lanjutnya diringi tawa.

 

Usahanya menemukan hal baru di dunia kaligrafi akhirnya terbayar. Pada tahun 2016 ia berhasil menggabungkan konsep kaligrafi Cina, Jepang, Arab dalam satu kesatuan hingga membentuk satu kaidah baru yang dinamakan Khat Masyriqi.

 

"Awalnya jelek sekali, tapi terus kami kembangkan sedikit demi sedikit akhirnya keluar hal baru dan lama-lama keluar juga artistiknya. Setelah itu mulai saya kenalkan ke publik," lanjut Ustadz Anwar dengan sikap tawadlu'.

 

Hari demi hari khat ini terus dikambangkan dan telah disusun kaidah mempelajarinya hingga dikenal. Serta disukai banyak khalayak sampai luar daerah bahkan sampai luar negeri.

 

"Cara belajarnya ada kaidahnya dan itu sangat sederhana. Saya tidak mematenkan itu milik saya, siapa saja boleh mempelajari dan menyebar luaskannya. Teman-teman di Bogor bahkan di Thailand banyak yang mempelajari ini dan alhamdulillah katanya laku di pasaran," ceritanya dengan gaya humor ciri khasnya.

 

 

Khat Masyriqi menurut Ustadz Anwar dibuat bukan untuk tujuan komersial. Semuanya murni untuk menebar manfaat kepada siapa pun tanpa batas apa pun.

 

"Saya tak ambil pusing ada yang bilang khat ini komunis, ada yang bilang pluralisme kaligrafi atau apa pun itu, yang penting saya niatkan karena Allah untuk menebar manfaat," pungkasnya.

 

Penulis: Sufyan Arif

Editor: Romza


Editor:

Tapal Kuda Terbaru