• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Tapal Kuda

Wakil Rais PCNU Lumajang Jelaskan Etika dalam Mencari Ilmu

Wakil Rais PCNU Lumajang Jelaskan Etika dalam Mencari Ilmu
KH Ahmad Qusyairi selaku Wakil Rais PCNU Lumajang menjelaskan etika dalam mencari ilmu. (Foto: NOJ/Sufyan Arif)
KH Ahmad Qusyairi selaku Wakil Rais PCNU Lumajang menjelaskan etika dalam mencari ilmu. (Foto: NOJ/Sufyan Arif)

Lumajang, NU Online Jatim

Keberkahan dan kesuksesan murid dalam mencari ilmu tidak lepas dari peran seorang guru. Guru selain dituntut menjadi pendidik dan pengajar, juga harus menjadi suri teladan bagi murid. Sebab itu agar tidak keliru, ada beberapa tahapan bagi murid agar dapat memilih guru sesuai kriteria di atas.

 

Hal itulah yang disampaikan KH Ahmad Qusyairi selaku Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lumajang. Hal itu dikemukakan saat ngaji virtual kitab Adabul Alim Wal Muta'allim pada Jumat (24/09/2021) di studio Media Center An-Nahdloh (MCN) gedung PCNU I jalan Alun-alun Timur No.3 Lumajang.

 

Disebutkan di kitab karya KHM Hasyim Asy'ari tersebut, santri sebelum menentukan pilihan kepada siapa belajar hendaknya meminta pertolongan kepada Allah. Hal itu agar ditunjukkan jalan terbaik agar di kemuadian hari tidak terjadi penyesalan.

 

"Karena memang istikharah itu penting, kita terkadang hanya mementingkan nafsu saja. Dengan istikharah insyaallah ditunjukkan yang terbaik bagi kita," katanya.

 

Kiai Qusyairi melanjutkan, selain itu seorang murid harus memilih guru yang sudah dikenal ahli sesuai bidang yang diinginkan. Hal tersebut agar ilmu yang didapatkan bisa maksimal karena diajarkan ahlinya.

 

"Bila ingin ngaji fiqih, maka cari guru ahli fiqih, demikian juga bila ngaji tafsir maka cari guru ahli tafsir, dan ilmu lainnya juga begitu,” terangnya. 

 

Demikian  pula guru yang dipilih hendaknya yang sayang murid dan juga menjaga wibawa. Tapi bukan semata jaim atau jaga image.

 

Lebih dari itu, guru yang menjadi pilihannya mempunyai kemampuan mengajar bagus, bisa dicerna dan memahamkan syariat Islam secara utuh. Karena ilmu adalah agama dan seseorang dinilai dari mana memahami agamanya.

 

"Dia harus menentukan guru pilihannya dengan hati-hati, jangan sampai salah. Supaya tidak termasuk dari golongan orang yang separuh memahami agama akhirnya tersesat hingga kalimat takbir dibuat kekerasan," singgung kiai asal Banyuwangi ini.

 

Kiai Qusyairi mengingatkan, memilih lembaga pendidikan pada zaman ini harus lebih teliti. Lebih amannya dan lebih baik mempercayakan ke pondok pesantren yang sudah terkenal sdan dipercaya masyarakat. Yang juga pening jelas pengasuhnya siapa dan sanad keilmuannya jelas.

 

"Apalagi ngaji di medsos harus lebih berhati-hati,” tegasnya. 

 

Terkait kesuksesan mencari ilmu, murid memposisikan diri sebagaimana pasien kepada dokter. Hendaknya menghinakan diri tunduk di hadapan guru meskipun secara nasab atau ekonomi dia lebih tinggi.

 

“Termasuk memandang guru dengan pandangan memuliakan, meyakini kemuliaan guru, memanggil guru dengan panggilan baik, dan tahu hak-hak guru yang harus dipenuhi," pungkasnya.

 

Penulis: Sufyan Arif


Editor:

Tapal Kuda Terbaru