Keislaman

3 Keistimewaan Bulan Muharram

Jumat, 27 Juni 2025 | 08:00 WIB

3 Keistimewaan Bulan Muharram

Ilustrasi muharram. (Foto: NOJ/freepik)

Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam penanggalan kalender Hijriyah. Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Meski demikian, banyak dari kita yang justru melewatkannya tanpa makna. Padahal, di dalamnya terdapat berbagai keistimewaan yang patut direnungi dan diamalkan, lantas apa saja keistimewaan bulan Muharram yang perlu diketahui umat Islam?

 

1. Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram 

Jamak diketahui, bahwa keistimewaan Muharram sebagai bulan haram (mulia) telah diterangkan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36 yang berbunyi:

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

 

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah SWT ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antara empat bulan haram (bulan Dzulqo’idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya dirimu dalam empat bulan mulia itu dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (At-Taubah [9]: ayat 36).

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Terkait ayat di atas, Imam Ibnu Katsir juga menjelaskan dengan menukil hadits Nabi SAW, bahwasannya Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang suci atau mulia, dengan maksud diharamkannya perang pada bulan-bulan tersebut. Berikut penjelasannya:

 

قَالَ الإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، أَخْبَرَنَا أَيُّوبُ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِين، عَنْ أَبِي بَكْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ خَطَبَ فِي حَجَّتِهِ، فَقَالَ: «أَلَا إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ»

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Artinya: "Imam Ahmad berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il, telah mengabarkan kepada kami Ayyub, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Sirin, dari Abu Bakrah, bahwa Nabi ﷺ berkhutbah dalam hajinya (Haji Wada’), lalu beliau bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya waktu telah kembali seperti keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun terdiri dari dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang suci (diharamkan berperang), yaitu tiga berturut-turut: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta Rajab (yang disebut) Rajab Mudhar, yang berada antara Jumada (al-akhiroh) dan Sya'ban." (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz IV, halaman 144).

 

2. Terdapat Hari 'Asyura yang memiliki banyak keistimewaan

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Salah satu keistimewaan Muharram yang paling terkenal adalah terdapat hari ‘Asyura di dalamnya, yakni tanggal 10 Muharram. Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari itu. Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa berpuasa pada 'Asyura dapat meleburkan dosa (kecil) setahun terlewat,

 

عَنْ أَبي قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صِيامِ يَوْمِ عَاشُوراءَ، فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ. (رواه مسلم)

 

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Qatadah RA: sungguh Rasulullah saw bersabda pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Asyura, lalu beliau menjawab: ‘Puasa Asyura melebur dosa setahun yang telah lewat’.” (HR. Muslim).

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

3. Muharram memiliki penyebutan yang istimewa, yakni Syahrullah

Keistimewaan lainnya dari bulan Muharram adalah sebutan "Syahrullah" atau "Bulan Allah", sebagaimana sabda Nabi SAW:

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ» (رَوَاهُ مُسْلِم)

 

Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim).

 

Mengenai hadits di atas, Imam Jalaluddin As-Suyuthi menerangkan bahwasannya penisbatan Muharram kepada lafadz Jalalah merupakan bentuk pengkhususan dan pemuliaan.

 

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْفَضْلِ الْعِرَاقِيُّ فِي شَرْحِ التِّرْمِذِيِّ:

مَا الْحِكْمَةُ فِي تَسْمِيَةِ الْمُحَرَّمِ "شَهْرُ اللَّهِ"، وَالشُّهُورُ كُلُّهَا لِلَّهِ؟

يَحْتَمِلُ أَنْ يُقَالَ: إِنَّهُ لَمَّا كَانَ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ فِيهَا الْقِتَالَ، وَكَانَ أَوَّلَ شُهُورِ السَّنَةِ، أُضِيفَ إِلَيْهِ إِضَافَةَ تَخْصِيصٍ. وَلَمْ يَصِحَّ إِضَافَةُ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُورِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا "شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ".

 

Artinya: "Al Hafizh Abul Fadhl Al-‘Iraqy menjelaskan dalam Syarah At-Tirmidzi: “Apa hikmahnya penamaan bulan Muḥarram dengan 'Bulan Allah', padahal seluruh bulan adalah milik Allah?” Kemungkinan dijawab: Karena bulan Muharram termasuk dalam bulan-bulan haram yang Allah haramkan (dilarang) berperang di dalamnya, dan karena ia merupakan bulan pertama dalam tahun Hijriyah, maka dinisbahkan kepada Allah sebagai bentuk pengkhususan dan pemuliaan. Dan tidak ada bulan dari bulan-bulan yang dinisbahkan kepada Allah secara sahih dari Nabi SAW kecuali ‘Bulan Allah al-Muharram’. (Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Hasyiyah As-Suyuthi ala Sunan Nasa'i, [Maktabah Syamilah,tt], juz 3, halaman 206).

 

Itulah penjelasan singkat terkait beberapa keistimewaan bulan Muharram yang perlu diketahui umat Islam. Maka dari itu, mari kita jadikan Muharram sebagai momen untuk memperbaiki hubungan dengan Allah dan dengan sesama. Tak perlu menunggu tahun baru masehi untuk berubah, karena perubahan yang hakiki dimulai dari hati yang tersentuh oleh petunjuk Ilahi. Wallahu a'lam.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND