
Hasanuddin (kanan) menjajakan sarung dagangannya di Kecamatan Prenduan, Kabupaten Sumenep, Madura. (Foto: NOJ/F)
Sumenep, NU Online Jatim
Tidak semua warga Nahdlatul Ulama kondisi ekonominya stabil. Karena itu banyak orang melancarkan siasat dan cara untuk tetap bisa bertahan hidup. Seperti halnya Hasanuddin, kader NU Ranting Aeng Pa’ak, Kapedi, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Madura.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Memanfaatkan momentum Ramdlan dan Idul Fitri, Hasanuddin menjual aneka sarung di torotoar jalan, tepatnya selatan Masjid Mustaqbil, Dusun Pesisir, Desa Prenduan, Kecamatan Pragaan, Sumenep.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Lokasi tempat Hasanuddin berjualan jauh dari desa tempat dia tinggal. Namun, dia sengaja menjual sarung di Prenduan karena lokasinya sangat strategis dibandingkan dengan di tempat kelahirannya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
“Sarung itu musiman, paling laris dagang sarung di momen Ramadlan. Karena sebagian warga Madura sibuk mencari sarung murah tapi berkualitas untuk dipakai di Hari Raya Idul Fitri," kata Hasanuddin ditemui NU Online Jatim, Ahad (18/04/2021).
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Hasanuddin memilih sarung sebagai dagangannya karena gampang terjual, apalagi di momen Ramadlan dan Idul Fitri. Biasanya, lanjut dia, banyak pengusaha dan orang kaya yang memborong sarung untuk dibagikan sebagai THR.
"Kebeulan sarung yang kami jual murah. Harganya variatif, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp750 ribu. Itu pun bisa ditawar oleh pembeli," tandas alumni MA Al-Hayyan Karduluk itu.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Hasanuddin mengaku berdagang sarung dengan modal enam jutaan rupiah. Itu coba-coba mendulang rezeki setelah paceklik melanda karena pandemi Covid-19.
"Pekerjaan kami tak tentu. Jika menjelang bulan puasa, saya dagang sarung. Usai bulan puasa, pekerjaan kami berubah lagi. Karena sarung adalah musiman. Jadi profesi kami tidak tetap," katanya.
Editor: Nur Faishal
ADVERTISEMENT BY ANYMIND