Matraman

Pameran Manuskrip Turats Attarmasie Hidupkan Khazanah Keilmuan

Jumat, 11 Juli 2025 | 19:00 WIB

Pameran Manuskrip Turats Attarmasie Hidupkan Khazanah Keilmuan

Suasana gelaran ‘Pameran Manuskrip Turats Attarmasie' dalam rangka Haul Akbar Pondok Tremas. (Foto: NOJ/Anwar)

Pacitan, NU Online Jatim

Perguruan Islam Pondok Tremas, Arjosari, Pacitan, kembali mengukuhkan perannya sebagai pusat peradaban Islam di Nusantara melalui gelaran ‘Pameran Manuskrip Turats Attarmasie’. Pameran yang berlangsung selama tiga hari, Kamis-Sabtu (10-12/07/2025), ini menjadi magnet bagi para pecinta ilmu, pelestari warisan ulama, dan penikmat sejarah peradaban Islam untuk menyaksikan langsung jejak tinta para kiai yang selama ini tersimpan rapi.

 

Gus Muhammad Farhi Asna, Pengasuh Asrama Al Widadiyah Pondok Tremas, mengungkapkan bahwa pameran ini dilatarbelakangi oleh keinginan kuat untuk menghidupkan kembali khazanah keilmuan Tremas yang selama ini tersimpan di ndalem para Masyayikh. 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

“Koleksi tersebut, baik berupa karya tulis maupun kitab salinan, merupakan peninggalan ilmiah yang sangat berharga dan tidak sepatutnya hanya tersimpan secara pasif," tegas Gus Asna kepada NU Online Jatim, Jum’at (11/07/2025).

 

Pameran ini mengusung sejumlah tujuan mulia. Pertama, menampilkan karya dan koleksi manuskrip para Masyayikh Tremas sebagai warisan keilmuan yang otentik. Kedua, menumbuhkan semangat para santri dan muhibbin untuk melestarikan tradisi ilmiah melalui penulisan karya, sebagaimana dicontohkan para Masyayikh terdahulu. Ketiga, mengukuhkan nilai historis dan kontribusi keilmuan Pondok Tremas dalam konteks keislaman Nusantara.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

"Melalui pameran ini, warisan keilmuan para Masyayikh ditampilkan kepada publik guna membuka ruang apresiasi dan pemaknaan ulang terhadap tradisi tulis-menulis dalam dunia pesantren," imbuh Gus Asna.

 

Di balik megahnya pameran ini, terdapat proses pengumpulan dan kurasi yang tidak singkat. Gus Asna menjelaskan bahwa proses pengumpulan manuskrip telah berlangsung selama kurang lebih dua tahun, melibatkan pelacakan naskah dari berbagai ndalem keluarga besar Tremas. Setelah terkumpul, dilanjutkan dengan proses konservasi, digitalisasi, dan katalogisasi secara bertahap dan profesional. Hal ini sejalan dengan semangat perayaan dua abad berdirinya pesantren yang menjadi tonggak sejarah keilmuan Islam di Indonesia.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

"Koleksi manuskrip ini tidak hanya menjadi dokumentasi ilmiah, tetapi juga menjadi bukti otentik dari keberlangsungan tradisi keilmuan selama dua abad Pondok Tremas," ujarnya. 

 

Pameran ini terselenggara berkat kerja sama apik antara panitia pelaksana yang berasal dari keluarga besar Pondok Tremas dengan Tim Lajnah Turats Attarmasie. Tim Lajnah ini dikenal berpengalaman dalam konservasi dan kajian manuskrip keislaman, memastikan setiap naskah mendapatkan penanganan yang profesional.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Salah satu naskah yang sangat menarik perhatian adalah salinan kitab Nihāyatu al-Muḥtāj ilā Syarḥ al-Minhāj karya Imam ar-Ramlī. Kitab ini disalin langsung oleh Nyai Khadijah, istri pendiri Pondok Tremas, KH. Abdul Mannan. Gus Asna menyoroti kiprah kaum perempuan dalam dunia keilmuan pesantren.

 

"Kitab ini merupakan rujukan utama dalam Mazhab Syafi‘i dan menunjukkan peran penting perempuan dalam tradisi keilmuan pesantren," tutur Gus Asna.

 

Dalam pameran ini, pengunjung dapat menyaksikan lebih dari 60 manuskrip dan koleksi kitab warisan para Masyayikh Pondok Tremas. Manuskrip-manuskrip tersebut ditulis dengan tangan mereka sendiri, dipelajari dalam halaqah-halaqah pengajian, dan diwariskan dari guru ke murid selama lebih dari dua abad.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Pengunjung akan dimanjakan dengan tampilan manuskrip asli tulisan tangan para ulama Tremas, koleksi kitab tua yang masih bertuliskan nama pemilik masyayikh, serta label dwibahasa (Arab–Indonesia) yang memudahkan pemahaman. Versi digital manuskrip juga ditayangkan di layar TV, dilengkapi dengan katalog cetak dan visualisasi sejarah pesantren. Seluruhnya dikemas dalam suasana ruangan yang dirancang menawan dan inspiratif.

 

"Ini bukan sekadar pameran. Ini adalah ruang ziarah ilmiah. Tempat kita menyentuh jejak tinta para kiai, menyimak catatan pinggir yang ditulis dengan takzim, dan menyadari betapa pesantren menyimpan peradaban yang luar biasa dalam diam," pungkas Gus Asna.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND