Metropolis

KH Ma’ruf Khozin Ungkap Upaya Menghadapi Pandemi dari Masa ke Masa

Ahad, 8 Agustus 2021 | 19:00 WIB

KH Ma’ruf Khozin Ungkap Upaya Menghadapi Pandemi dari Masa ke Masa

KH Ma’ruf Khozin, Direkur Aswaja NU Center PWNU Jatim. Foto: Istimewa

Sidoarjo, NU Online Jatim

KH Ma’ruf Khozin, Direkur Aswaja NU Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur memaparkan relevansi ikhtiar menghadapi pandemi pada masa Rasulullah dengan saat ini. Bukan hanya pada zaman Nabi Muhammad SAW, keberadaan wabah juga terjadi di masa-masa setelag Rasulullah.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Wabah itu sudah ada sejak zaman Rasulullah. Ketika Rasullah hijrah ke Madinah ujian pertama kali yang diberikan yaitu wabah. Rasullah menganjurkan para sahabat untuk berdoa: Ya Allah buatlah kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah. Sebarkanlah kesehatan di Madinah,” ujar Kiai Ma’ruf saat pemaparan dalam acara webinar yang diadakan Lakpesdam NU Kecamatan Waru Kabupaten Sidarjo, Sabtu (07/08/2021).

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

Menurutnya, doa dapat memberikan ketenangan jiwa karena muncul perasaan optimis dikabulkan. Ketenangan jiwa merupakan bagian dari obat dan keselamatan.

 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Kiai Ma’ruf juga menjelaskan ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah. Di Negeri Syam terdapat wabah (tho’un), maka Umar tidak jadi mendatangi negeri tersebut.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

“Selain berdoa dan tidak mendatangi tempat adanya wabah, melakukan jaga jarak, tidak berkerumun, mencuci tangan dan menutup mulut dengan tangan atau kain ketika bersin itu sudah diajarkan sejak zaman Nabi Muhammad sebagai ikhtiar memutus rantai penyebaran virus atau wabah,” jelasnya.

 

Selain itu, pada masa pemerintahan Amr bin Ash di Syam. Kiai Ma;ruf menceritakan bahwa penularan wabah seperti api. Sehingga masyarakat memilih naik ke gunung-gunung karena mayoritas penduduk tidak sepadat di kota.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Begitupun juga pada masa pemerintahan Imam Ibnu Hajar di Mesir. Kala itu terkena wabah sehingga masyarakat melakukan doa bersama di lapangan. Wabah bukan menghilang, tetapi korban justru semakin banyak yang meninggal.

 

“Dari kisah ini kita dapat mengambil ibroh yakni ikhtiar dalam menghadapi wabah dengan cara menjaga jarak dan tidak berkerumun. Ikhtiar lainnya juga sudah ada dalam hadits Rasulullah seperti mencuci tangan ketika bangun tidur dan menutup dengan tangan ketika bersin,” ungkapnya.

 

Di akhir pemaparannya, Kiai Ma’ruf mengingatkan kepada Nahdliyin tentang prinsip tawazun yang harus diterapkan pada masa pandemi.

 

 

“Kita yang berpegang pada prinsip tawazun harus ingat bahwa memadukan antara tawakal dan ikhtiar itu bagian dari tawazun. Karena jika kita hanya tawakal sama seperti jabariyah, begitupun jika hanya ikhtiar sama halnya kita dengan qadariyah,” pungkasnya.

 

Editor: Romza

ADVERTISEMENT BY ANYMIND