
Kegiatan Tabuh Maghrib oleh PWNU Jatim di aula KH Bisri Syansuri lt 1 Gedung PWNU Jatim, Rabu (20/03/2024). (Foto: NOJ/ Dok. Istimewa)
Surabaya, NU Online Jatim
Di era globalisasi pendidikan keislaman mengalami tantangan yang demikian besar. Sebab demikian tema ‘Pendidikan Islam di Era Kompetisi Global’ jadi topik dalam Tabuh Maghrib yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim. Kegiatan tersebut dipusatkan di Aula KH Bisri Syansuri lantai 1, Kantor PWNU Jatim, Rabu (20/03/2024).
Kali ini, program yang ditayangkan di kanal YouTube TV9 itu mendatangkan narasumber Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jatim KH Noor Shodiq Askandar dan Sekretaris Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jatim Yusuf Amrozi.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
“Konsep pendidikan pesantren adalah bagaimana mendidik santri atau peserta didik untuk menjadi pinter lan bener,” ujar Ketua LP Ma’arif NU Jatim KH Noor Shodiq Askandar.
Ia menjelaskan, ‘pinter’ dimaksudkan sebagai transformasi pengetahuan dapat berjalan secara efektif. Di samping itu, juga mampu menjadikan para peserta didik memegang teguh moralitas yang kelak diamalkan selama hidupnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Dengan itu diharapkan peserta didik dapat berpegang teguh pada moralitas masing-masing,” ucap Gus Shodiq.
Sementara itu, Sekretaris LPTNU Jatim Yusuf Amrozi mengulas perihal pendidikan agama dan sains. Ia menyebutkan bahwa dikotomi antara pendidikan agama dan sains memang ada.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
“Tradisi rasionalitas yang menjadi episentrum di barat diakui telah menjadi mainstream. Sementara peninggalan abad pertengahan yang diawali oleh tradisi gereja mengokohkan doktrin agama sebagai ciri utama,” papar dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Berkaitan dengan pendidikan Islam yang mampu bersaing secara global, Yusuf menambahkan bahwa sejauh ini ada problem serius yang harus ditangani. Dalam konteks perguruan tinggi misalnya, paling tidak ada empat hal yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Pertama, tuntutan mutu dan rekognisi. Kedua, problem tata kelola kelembagaan. Seringkali sejumlah lembaga pendidikan tidak tertib dalam hal administrasi data ini,” tegasnya.
Ketiga, perlunya pembeda dengan satuan pendidikan yang lain, dan keempat adalah peningkatan biaya operasional pendidikan. “Intinya ada dua kata kunci, yaitu, tata nilai yang ditanamkan, serta kedua tata kelola lembaga pendidikan yang baik,” tandasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND