Rehat

Karamah Kiai As’ad, Mengusir Tentara Belanda Bermodalkan Pasir

Ahad, 8 November 2020 | 12:30 WIB

Karamah Kiai As’ad, Mengusir Tentara Belanda Bermodalkan Pasir

Almaghfurlah KH As'ad Syamsul Arifin, termasuk pahlawan nasional. (Foto: NOJ/ DTk)

Para ulama dan kiai tempo dulu tidak semata memiliki pengetahuan agama yang mendalam. Hal yang juga dikuasai adalah kejadian luar biasa yang tidak dimiliki orang kebanyakan. Kelebihan itu dapat dijadikan sebagai sarana untuk menarik kalangan lain sehingga menjadi satu barisan dalam perjuangan agama.

 

Di antara ulama pilih tanding dan memiliki kelebihan tersebut adalah KH As’ad Syamsul Arifin. Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Banyuputih Situbondo tersebut memang dikenal memiliki beragam kelebihan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Hingga kini, banyak kalangan yang menceritakan. Namun hal tersebut perlu disampaikan kembali menghadapi hari pahlawan yang diperingati tanggal 10 November.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Kiai As’ad merupakan mediator berdirinya Nahdlatul Ulama. Cerita pernah disampaikan almaghfurlah KH Fawaid As’ad, salah seorang putranya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

“Pada zaman dulu, murid-murid beliau itu banyak dari kaum bromocorah (preman, red), sehingga beliau pun banyak mendalami ilmu beladiri,” tutur KH Fawaid memulai cerita.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Saat santrinya dibekali sebilah pedang serta celurit dan disuruh saling membacok. Tapi, tebasan pedang dan celurit itu tidak ada yang mencederai mereka. Sebagian murid yang lain, ada yang diuji melompat dari pohon kelapa yang tinggi dan ternyata badannya tetap utuh serta segar bugar. Yang ajaib adalah saat antara para murid itu mampu menjatuhkan puluhan buah kelapa hanya dengan sekali pandang.

 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Tidak hanya itu, kemasyhuran karamah KH As’ad juga terbukti pada saat perang kemerdekaan. Kiai Fawaid juga mengisahkan jika pada saat perang gerilya, beberapa pejuang tampak membawa pasir. Pasir itu konon adalah pemberian dari Kiai As’ad kepada para pejuang. Pasir tersebut kemudian ditaburkan ke kacang hijau di dekat markas tentara atau jalan yang akan banyak dilewati tentara Belanda.

 

“Aneh, suatu keajaiban terjadi. Puluhan tentara Belanda yang bersenjata lengkap itu tiba-tiba lari terbirit-birit ketakutan sambil meninggalkan senjatanya. Mungkin mereka mengira suara pasir itu adalah suara dentuman senjata api. Para pejuang pun memungut satu persatu senjata yang ditinggal Belanda,” kisah Kiai Fawaid.

 

Kepada Kiai As’ad, alfatihah.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND