Rehat

Pengalaman Ketua ISNU Sidoarjo Lupa Bawa Tongkat saat Jadi Bilal Jumatan

Sabtu, 21 Mei 2022 | 20:00 WIB

Pengalaman Ketua ISNU Sidoarjo Lupa Bawa Tongkat saat Jadi Bilal Jumatan

H Sholehuddin Ketua ISNU Sidoarjo bersama anak dan istri. (Foto: Istimewa)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Ketua Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sidoarjo, H Sholehuddin mengisahkan saat dirinya lupa membawa tongkat ketika menjadi bilal pertama  shalat Jumat semasa masih berstatus santri di pondok. Kisah itu ia tuliskan di akun Instagramnya @sholehuddinbdk Sabtu (21/05/2022) pagi.


Cerita tersebut ditulisnya setelah pulang dari mengisi acara Kementrian Agama (Kemenag) Probolinggo. Pada saat  jadwal menjadi khatib di Masjid Bahauddin Ngelom Sepanjang, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


“Meski harus menempuh Probolinggo-Sidoarjo, saya harus tetap melaksanakan tugas menjadi khotib. Karena masjid ini bersejarah dalam perjalanan hidup saya. Alhamdullah ada tol sehingga bisa mempersingkat waktu tempuh,” tulisnya.


Pria yang juga dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) itu menyampaikan bahwa dirinya adalah alumni Pondok Pesantren Bahauddin Al-Ismailiyah. Saat menjadi santri, ia mengaku  sudah biasa membaur dengar warga kampung.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


“Dulu saat masih nyantri saya jadi muadzin tiap shalat Jumat, kemudian naik tingkat menjadi bilal. Saat tugas bilal pertama, Allah menakdirkan yang menjadi  khatib adalah KH Mufti Baidlowi Allah yarham,” terangnya.


KH Mufti Baidlowi  merupakan kiai paling sepuh, terkenal dengan karakternya  yang adil makhraj dan terkenal suaranya paling merdu diusianya yang kala itu sudah delapan puluh tahunan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


“Saking groginya, saya sampai lupa pada saat 'anshitu' saya tidak membawa tongkat untuk diberikan ke khatib. Akhirnya Kiai Mufti ambil sendiri tongkatnya,” ujarnya.


Setelah selasai melaksanakan shalat Jumat dan kembali ke pesantren. Pria yang pada tahun 2017 dikukuhkan sebagai wisudawan terbaik dalam program doktor (S3) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya itu dipanggil oleh Kiai Mufti.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


“Dengan perasaan berdebar dan khawatir dimarahi, saya menghadap Romo Yai Mufti,” ungkapnya.


Tidak disangka, ternyata H Sholeh diberi uang seribu rupiah oleh Yai Ti sapaan akrab KH Mufti Baidlowi. Meski sempat menolak, tapi akhirnya H Sholeh menerima pemberian uang tersebut.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND