• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Jujugan

Jalan-jalan Bareng Gus Zu’em Rejoso ke India Yuk

Jalan-jalan Bareng Gus Zu’em Rejoso ke India Yuk
Gus Zu'em dengan latar belakang pesan 7 dosa sosial pesan Mahatma Ghandi. (Foto: NOJ/Istimewa)
Gus Zu'em dengan latar belakang pesan 7 dosa sosial pesan Mahatma Ghandi. (Foto: NOJ/Istimewa)

Jombang, NU Online Jatim

Tahun lalu, KH Zaimuddin Wijaya As’ad atau Gus Zu’em melangsung perjalanan ke sejumlah negara. Salah satunya adalah India yang kisahnya dituturkan di akun Facebooknya. Berikut keseruan perjalanan kiai yang juga menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang tersebut bersama rombongan.

 

Sepanjang perjalanan, dari Dwarka ke Nodia (Kecamatan di Delhi) saya melihat bangunan gedung pemerintah, perusahaan dan rumah warga tampak kusam. Mengesankan saya bahwa orang India kurang suka cat warna cerah, atau bahkan hanya sekali seumur hidup mengecat bangunan. Akibatnya, meski gedung itu mentereng, tidak memancarkan keceriaan.

 

Sang pemandu tampaknya memahami yang dipikirkan rombongan. Maka dia menjelaskan bahwa masyarakat India punya filosofi mengutamakan keindahan bagian dalam. Akibatnya, mereka tidak begitu peduli dengan tampilan luar, sebagaimana yang ditampakkan dalam memperlakukan rumah atau gedung mereka. Inner beauty is the best expression.

 

Betul juga. Ketika saya dan rombongan melihat kampus Sharda University dari luar, tampak sangat biasa. Gedung tanpa cat dgn menampakkan bata merahnya, seperti rumah warga Trowulan tempo dulu. Tapi, begitu masuk gedungnya, luar biasa. Universitas dengan mahasiswa asing terbanyak di India itu menyimpan kekuatan yang luar biasa. Naik turunnya mahasiswa di gedung 9 lantai itu menggunakan lift kapsul, seperti di mal kita. Ada 4 lift di tiap sudut, karen di tengah gedung didesain kosong hingga matahari bisa masuk dari atap yang tembus cahaya.

 

Laboratoriumnya lengkap dengan sejumlah profesor yang tidak segan mendampingi mereka yang tengah menempuh studi under graduate students (strata satu). Bandingkan dengan negara kita yang tentu saja oara guru besar 'menjaga jarak' dengan mahasiswa S1..
 

Nah, terkait hal ini ada pengalaman menarik. Ketika kami diajak masuk ke laboratorium fisika yang kebetulan ada beberapa mahasiswa yang sedang praktik, mahasiswa yang duduk deret depan langsung berdiri, tanda penghormatan kepada kami. Sedangkan yang di belakang, ternyata tetap asik duduk melakukan eksperimen.
 

Sang profesor terlihat spontan memukul meja dua kali sambil mengatakan sesuatu yang membuat mereka berdiri dan melihat kepada kami. Mungkin beliau mengatakan, Lhee..ngadeko rèk...ojok isin-isini aku yo..koen ngko gak tak lulusno lho. (Anakanak, berdirilah, jangan mempermalukan saya, nanti tidak saya luluskan)

 

Setelah melihat laboratorium, kami pun melihat ruang kuliah. Saya berpikir, ruang itu semewah meeting room. Kampus tersebut ternyata ruang kelasnya biasa saja tanpa pendingin ruangan dengan bangku kuliah seperti anak SMP di Tanah Air yakni satu meja untuk dua kursi. Meski demikian, produknya sangat luar biasa yakni mahasiswa strata satu harus bisa menulis karya yang nantinya diterima jurnal internasional.

 

Sepulang dari Sharda, rombongan ke ‘makam’ Mahatma Gandhi, yang disebut sebagai ‘nabi’nya bangsa India. Yakni berupa taman yang indah dengan rerumputan menghampar. Hal ini mengingatkan kepada film India yang bila kasmaran, mereka nyanyi sambil bergulung di rumput.

 

Di monumen itu, saya menemukan kata bijak Gandhi tentang 7 dosa sosial manusia yang membuat perih di hati karena begitu banyak orang memiliki dosa (sin) itu.
 

Di India memang banyak ‘dosa’ disajikan. Saya bahkan sempat mencoba dosa itu. Memang rasa dosa di India agak gurih, tapi karena lidah belum terbiasa dengan makanan itu, saya pun hanya menikmati bagian krispinya saja. ​


Editor:

Jujugan Terbaru