• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Jujugan

Menelusuri Telaga Kembar, Peninggalan Sunan Giri di Desa Klangonan

Menelusuri Telaga Kembar, Peninggalan Sunan Giri di Desa Klangonan
Telaga Kerobokan, salah satu bagian dari Telaga Kembar peninggalan Sunan Giri, Gresik. (Foto: NOJ/ Nur Laili Hidayati)
Telaga Kerobokan, salah satu bagian dari Telaga Kembar peninggalan Sunan Giri, Gresik. (Foto: NOJ/ Nur Laili Hidayati)

Gresik, NU Online Jatim

Berbicara tentang peninggalan Sunan Giri memang sangat mengasyikkan. Setelah sebelumnya dibahas tentang asal-usul Telaga Pegat, kini saatnya bergeser ke peninggalan lain, yakni Telaga Kembar yang memiliki banyak keistimewaan.

 

Telaga kembar terdiri atas dua buah telaga yang posisinya berjejeran. Telaga ini terletak di Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Atau sekitar 200 meter di sebelah barat daya makam Sunan Giri.

 

Sebenarnya, dua telaga yang dikenal sebagai Telaga Kembar ini memiliki nama masing-masing. Pertama, Telaga Pati yang lokasinya berada di sebelah barat atau samping Kantor Desa Klangonan. Kedua, yaitu Telaga Kerobokan yang berada di sisi utara. Telaga ini diperkirakan ada sejak tahun 1406 Saka.

 

Konon, Telaga Kembar ini dibangun oleh santri Sunan Giri yang berasal dari Pati, Jawa Tengah. Pada mulanya, santri tersebut berniat untuk membantu Sunan Giri dalam membangun Telaga Pegat. Namun sayangnya, ketika ia datang pembangunan Telaga Pegat telah selesai. Oleh sebab itu, agar kedatangan santri dari Pati tidak sia-sia, maka diperintahkan untuk membuat Telaga Kembar.

 

Muhammad Bashri, seorang sejarawan yang juga bergiat di Yayasan Makam Sunan Giri, mengatakan bahwa zaman dulu Telaga Pati biasa digunakan untuk mandi dan mencukupi kebutuhan air sehari-hari. Sedangkan Telaga Kerobokan dulunya difungsikan untuk ngerobok atau mencuci. Kedua telaga ini dihubungkan oleh sebuah saluran, sehingga seolah-olah saluran tersebut menyalurkan air bersih yang telah diendapkan kotorannya di Telaga Kerobokan.

 

Air Telaga Kembar diyakini membawa keberkahan. Bashri menyatakan bahwa pada masa lalu banyak orang yang mendatangi Telaga Kembar untuk mengambil air atau mandi di dalamnya. Air telaga itu dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Selain itu, jika airnya digunakan untuk mengairi sawah, maka hasil panennya akan melimpah.

 

Pernyataan ini dibenarkan oleh Muhammad Ajir, Kepala Desa Klangonan. Menurutnya, percaya atau tidak, air Telaga Kembar sungguh luar biasa. “Beberapa hari yang lalu saya menyaksikan seseorang yang rela datang dari Surabaya pada waktu tengah malam demi mengambil air dari Telaga Kembar. Orang tersebut memasukkan air telaga ke dalam botol. Dia mengaku air telaga itu sebagai ikhtiar menyembuhkan penyakit yang selama ini dialami,” ujarnya.

 

Ajir menuturkan, Telaga Kembar hingga saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Meskipun rata-rata masyarakat Desa Klangonan telah berlangganan PDAM, namun sebagian dari mereka tidak meninggalkan kebiasan mandi dan mencuci di Telaga Kembar.

 

“Biasanya kami mengajak masyarakat untuk membersihkan Telaga Kembar secara rutin, karena bagaimana pun, telaga ini merupakan peninggalan Sunan Giri yang penuh arti,” ucap pria yang juga Ketua Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Klangonan itu.

 

Hingga tulisan ini dipublikasikan, Telaga Kembar masih terjaga keasliannya, sehingga masyarakat terus memanfaatkan dalam kesehariannya. Apabila Anda mendatangi Telaga Kembar, hendaknya selalu menjaga tata krama. Jangan sampai Anda merusak, mengotori, atau mengucap kata-kata yang kurang sopan.

 

*) Nur Laili Hidayati, mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya sekaligus pengurus PC IPPNU Gresik.


Jujugan Terbaru