• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Jujugan

Mengintip Telaga Pegat Peninggalan Sunan Giri dan Keajaibannya

Mengintip Telaga Pegat Peninggalan Sunan Giri dan Keajaibannya
Telaga Pegat, salah satu peninggalan Sunan Giri yang masih terjaga. (Foto: NOJ/ ISt)
Telaga Pegat, salah satu peninggalan Sunan Giri yang masih terjaga. (Foto: NOJ/ ISt)

Gresik, NU Online Jatim

Sunan Giri merupakan salah satu tokoh Islam yang memiliki pengaruh dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di wilayah Gresik. Sunan Giri menyebarkan agama Islam dengan cara damai, sehingga ajaran yang dibawanya mudah diterima oleh masyarakat.

 

Hingga saat ini, bukti-bukti peninggalan Sunan Giri masih banyak yang dapat kita temui, meskipun sebagian di antaranya telah dinyatakan hilang. Salah satu peninggalan Sunan Giri yang masih terjaga ialah Telaga Pegat.

 

Melansir dari buku Sejarah Perjuangan dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri yang ditulis oleh Lembaga Riset Pesantren Luhur Malang, Telaga Pegat letaknya sekitar 300 meter sebelah tenggara Makam Sunan Giri, tepatnya di Jalan Dewi Sekardadu No.1, Sudomukti, Sidomukti, Kecamatan/Kabupaten Gresik. Telaga seluas dua hektare ini dibangun pada tahun 1401 Saka.

 

Muhammad Bashri selaku sejarawan asal Desa Giri mengatakan, konon Telaga Pegat dibangun oleh Sunan Giri berdasarkan petunjuk dari Allah SWT. Zaman dahulu, sebetulnya sudah ada kolam-kolam yang diperuntukkan bagi para santri yang berada di Situs Giri Kedaton.

 

Namun seiring berlalunya waktu, lanjut Bashri, jumlah santri yang belajar kepada Sunan Giri semakin banyak. Hal inilah yang mendorong Sunan Giri untuk berupaya mencari solusi demi memenuhi kebutuhan air para santri.

 

“Lalu Sunan Giri melakukan munajat kepada Allah, agar mendapatkan petunjuk. Tak lama kemudian, beliau mendapatkan suatu isyarat bahwa (sumber air) terdapat di tengah-tengah gunung,” ungkap Bashri.

 

Sunan Giri pun membelah gunung tersebut dan membangun sebuah telaga yang kini dikenal sebagai Telaga Pegat. Pegat dalam bahasa Jawa memilki arti pisah. Telaga Pegat itu memisahkan dua gunung, yakni Gunung Patireman dan Gunung Bagong. Saat ini Gunung Patireman menjadi wilayah Giri Asri, sedangkan Gunung Bagong dikenal sebagai Dusun Giri Gajah.

 

Menariknya, telaga peninggalan Sunan Giri yang berada di pinggir jalan ini menyimpan beberapa cerita ajaib. Keajaiban tersebut diyakini sebagai wujud karomah yang dimiliki oleh Sunan Giri. Karomah adalah kejadian luar biasa yang diberikan kepada waliullah. Adapun sejumlah keajaiban di Telaga Pegat ialah sebagai berikut.

 

Kendil Barokah
Proses pembangunan Telaga Pegat melibatkan ribuan pekerja. Sunan Giri menyediakan makanan bagi para pekerja dalam sebuah tempat yang disebut kendil. Kendil itu berisi nasi dan lauk. Anehnya, makanan dalam kendil tersebut tidak pernah habis meskipun telah diambil oleh ribuan orang hingga pembangunan telaga selesai.

 

Air Tak Pernah Surut
Seusai pembangunan Telaga Pegat, Sunan Giri melakukan munajat kepada Allah SWT agar keluar airnya. Kemudian keluarlah air tersebut dengan derasnya. Konon, apabila air tersebut dibiarkan terus menyembur maka dapat menenggelamkan seluruh wilayah Kabupaten Gresik.

 

Oleh sebab itu, Sunan Giri memberi tutupan di tengah-tengahnya. Sebuah literatur mengatakan bahwa Sunan Giri menutupnya dengan gong. Namun lieratur lain menyebutkan jika tutup tersebut berupa batu yang dibungkus oleh sorban milik Sunan Giri.

 

Air Dapat Menyembuhkan Penyakit
Air di Telaga Pegat diyakini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti rematik, kudis, penyakit tulang, dan lain-lain. “Teman saya dulu memiliki keluhan rabun pada mata. Sehingga setiap malam dia melakukan terapi dengan cara berenang di sana. Selain itu, biasanya para peziarah Makam Sunan Giri mengambil air Telaga Pegat sebagai media pengobatan,” kata Bashri.

 

Dilarang Berkata Kotor
Bashri berpesan, bagi peziarah ataupun orang lain yang hendak mengunjungi Telaga Pegat agar menjaga lisan dengan tidak berkata kotor. “Alangkah baiknya jika selalu menjaga lisan. Jangan sampai kita mengolok-olok telaga tersebut,” ungkapnya.

 

Menurutnya, larangan tersebut telah dibuktikan oleh para pendahulu melalui cerita-cerita yang disampaikan kepada anak cucu secara turun temurun. Biasanya seseorang yang berkata kotor, lebih-lebih mengolok-olok Telaga Pegat ia akan mendapat musibah.

 

“Orang yang mengolok-olok Telaga Pegat akan mendapatkan musibah, baik musibah secara langsung kala itu juga saat di Telaga Pegat maupun setelahnya,” pungkas Bashri.

 

Penulis: Nur Laili Hidayati, mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya asal Gresik.


Jujugan Terbaru