Kediri Raya

Ayo Mondok, Kiai Luqman Gagas Pesantren Bersih, Sehat, dan Ramah Anak

Jumat, 30 Mei 2025 | 14:00 WIB

Ayo Mondok, Kiai Luqman Gagas Pesantren Bersih, Sehat, dan Ramah Anak

Ketua Umum Gerakan Nasional Ayo Mondok, KH. Luqman Harist Dimyathi. (Foto: NOJ/Tangkap Layar)

Kediri, NU Online Jatim 

Ketua Umum Gerakan Nasional Ayo Mondok, KH. Luqman Harist Dimyathi, menyerukan cita-cita pesantren yang bersih, sehat, dan ramah anak dalam gelaran Muhasabah dan Halaqah Gerakan Nasional Ayo Mondok di Pondok Pesantren Al-Amien Ngasinan, Kediri, Rabu (28/05/2025). Kiai Luqman mengenang kembali cikal bakal gerakan ‘Ayo Mondok’ yang dimulai pada 1 Juni 2015 di PBNU. 


 

“Setelah sempat terhenti karena pandemi, momentum kebangkitan itu kini tiba. Tekad bulat untuk mewujudkan pesantren yang bersih, sehat, dan ramah anak demi mencetak generasi santri yang unggul," tegasnya.

 

Salah satu fokus utama Kiai Luqman adalah mengubah stigma ‘gudik’ yang kerap melekat pada pesantren. Ia menyerukan pengamalan ajaran thaharah (kebersihan) yang tertulis dalam kitab-kitab turats, seperti faslun fil thaharah. Ini adalah panggilan untuk kembali pada nilai-nilai dasar kebersihan dalam Islam, sejalan dengan adagium kebersihan sebagian dari iman.

 

"Mohon maaf, gudik itu penyakit apa barokah? 98 persen jawabannya barokah. Ini harus kita ubah," ujarnya.

 

Pesantren Ramah Anak dan Pencegahan Kekerasan

Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas itu juga menyoroti isu kekerasan dan perundungan di pesantren, merespons keprihatinan yang sebelumnya disampaikan oleh Gus Hans dan Ning Alissa Wahid.

Ia dengan tegas menyatakan bahwa insiden santri terluka permanen atau bahkan wafat tidak boleh terulang. Ia mengusulkan konsep pesantren ramah anak diintegrasikan sebagai kurikulum lokal. Gerakan Ayo Mondok, tegasnya, tidak akan mengintervensi kurikulum yang sudah ada, melainkan bersifat ifadah wa istifadah (memberi dan menerima manfaat) dan memberikan panduan praktis ta'zir yang mendidik.


 

"Kalau bicara ta'zir ya ta'zir, tapi kan ada انا أريد وأنت تريد والله يفعل ما يريد (Aku ingin dan kamu ingin, dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki). Ini yang harus kita konsep, ta'zir mana yang membuat santri itu jera," jelasnya, 

 

Inovasi dan Al-Akhdzu Bil Jadidil Ashlah

Kiai Luqman mengutip kaidah ushul fiqih, "Al-Muhafadhotu Ala Qadimish Sholih Wal Akhdzu Bil Jadidil Ashlah" (memelihara yang lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik). Kiai Luqman mendorong pesantren untuk tak hanya melestarikan tradisi, tapi juga berani mengambil hal-hal baru yang lebih baik. Ia mengapresiasi Pondok Al-Risalah dan Lirboyo yang sukses mengintegrasikan inovasi tanpa menghilangkan nilai salafiyah.

 

"Kiai sepuh, Kiai muda, Nyai sepuh, Nyai muda, sudah tidak bisa lepas dari teknologi. Handphone semuanya sudah punya," katanya.
 

Kiai Luqman menegaskan bahwa Undang-undang Pesantren Nomor 18 Tahun 2019 adalah harga mati. Ia berharap, melalui muhasabah ini, pesantren terus berkembang menjadi lembaga pendidikan yang bermanfaat bagi umat dan menjadi mercusuar peradaban. 

 

"Alhamdulillah, Kiai Anwar Iskandar merespon ini semuanya dan memfasilitasi kegiatan ini," pungkasnya.