• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Keislaman

Stop Prasangka Buruk

Stop Prasangka Buruk
Prasangka buruk hanya akan mengotori hati (Foto:NOJ/Nuonline)
Prasangka buruk hanya akan mengotori hati (Foto:NOJ/Nuonline)

Untuk mencapai kemudahan dan menggapai kesuksesan, tidak lepas dari akhlak terhadap sesama. Prasangka buruk bukan karakter atau watak orang-orang yang sukses. Karena bisa menghambat datangnya rezeki.
 

Prasangka buruk jangan dianggap sepelekan karena berprasangka tidaklah mengerti sesuatu atau persoalan yang sebenarnya. Tanpa disadari, seseorang bisa jadi membicarakan kejelekan orang lain atau sebuah kelompok. Padahal itu semua dapat menimbulkan kerugian, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan bisa menyebabkan hampir meledaknya perang. 
 

Guna menghindari prasangka buruk pada orang lain, Almaghfurlah KH Muhammad Habibullah Rais menjelaskan dalam Tarbiyatus Shibyan. 
 

وَإِنْ أَرَدْتَ ذِكْرَ عَيْبِ الْغَيْرِ # فَفَتِّشَنْ نَفْسَكَ قَبْلَ الذِّكْرِ


فَقَدْ رَأُى الْمَرْءُ الْقَذَى فِى غَيْرِهِ # وَلَا يَرَى جَذْعًا بِعَيْنِ نَفْسِهِ
 

Artinya: Kalau mau menyebut aib temanmu, ingatlah bahwa lebih besar aibmu. Kesalahan orang lain engkau lihat, kesalahan sendiri tak kau lihat. ​​​​​
 

Ghibah atau membicarakan aib orang lain, dilarang. Benar maupun salah apa yang disampaikannya, apalagi ghibah yang salah. Untuk itu, tutuplah aib orang lain. Bagi siapa saja seseorang orang yang menutupi aib saudaranya sesama muslim, Allah akan merahasiakan aibnya, baik di dunia maupun di akhirat.
 

يَاآيُّهَا الَّذِيْنَ ءٰمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ، إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ، وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَايَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًافَكَرِ هْتُمُوْهُ ... (سورة الحجرات : 12)
 

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian diri purba-sangka itu dosa; dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
 

يٰااَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلـٰى مَافَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
 

Artinya: Wahai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasik membawa berita, maka tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatan itu. (QS. Al-Hujarat: 6)
 

Dari firman tersebut dapat dipetik hikmahnya, setiap individu harus menyadari bahwa memiliki kesalahan atau kekeliruan. Artinya, manusia tidak pernah lepas dari khilaf, karena sifat tersebut melekat pada semua manusia selain Rasulullah SAW yang memiliki sifat ma'shum atau terjaga dari kesalahan. 

Oleh karenanya, ketika melihat seseorang melakukan kesalahan, seharusnya ditutupi, bukan menyebarluaskan pada orang lain dan mempermalukannya. Agar individu terhindar dari prasangka, maka menyibukkan diri dengan membersihkan debu yang masih melekat pada setiap manusia, sehingga tidak mudah untuk mencibir keburukan orang lain. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad:
 

طُوبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوْبِ النَّاسِ، أَخْرَجَهُ الْبَزَّارُ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ
 

Artinya: Beruntunglah orang yang menyadari pada aibnya sendiri sehingga tidak pernah memperhatikan kesalahan orang lain. (HR. Al-Bazzar)
 

Pada masalah lainnya, seseorang mendapatkan rezeki yang banyak. Saat itu mereka merasa bergembira dan meyakini bahwa Allah sangat pemurah pada hamba-Nya. Namun saat rezekinya sempit maupun kehidupannya kurang menyenangkan, timbul sikap dan prasangka yang berbeda. Bahkan muncul prasangka buruk pada Allah. Ia mengira rahmat-Nya dicabut. Padahal prasangka tersebut akan menjauhkan seseorang dari Allah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat, ayat 12.
 

يُعَذِّبَ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْمُنٰفِقٰتِ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّالِمِيْنَ بِاللهِ ظَنَّ السُّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السُّوْءِ وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيْرًا
 

Artinya: Dan agar Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah; mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka jahanam. Itulah sejahat-jahat tempat kembali.
 

Dari surat tersebut menjelaskan bahwa hanya Allah yang mengetahui nasib baik dan buruknya seseorang. Adanya rezekinya atau tidak, itu semata-mata sebagai ujian bagi manusia. Allah menguji karena menyimpan rahasia besar. Hal terpenting pada setiap muslim adalah bersabar dan bersyukur agar terhindar dari kekufuran.


Keislaman Terbaru