• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Madura

Ada Tari Santri saat Haflah di Annuqayyah, Ini Maknanya

Ada Tari Santri saat Haflah di Annuqayyah, Ini Maknanya
Penampilan tari santri di Pesantren Annuqayyah, Kabupaten SUmenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)
Penampilan tari santri di Pesantren Annuqayyah, Kabupaten SUmenep. (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim 

Panitia Haflatul Imtihan Annuqayah (HIMA) menutup acara dengan ceramah agama. Sebelum itu, ada yang menyita perhatian khalayak, yakni penampilan Tari Santri, Rabu (06/07/2022) malam di halaman kampus Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk, Sumenep. 


Kiai Homaidy, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Sumenep mengatakan, penampilan tari santri merupakan gagasannya supaya ditampilkan secara perdana dalam malam puncak HIMA 2022.


Dijelaskan pula, tari santri merupakan gambaran cerita tubuh santri yang berada dalam ruang pondok pesantren. Di mana semua kegiatannya membentuk karakter santri yang berakhlak; sopan santun, takzim, kesederhanaan, dan ikhlas menuntut ilmu, zuhud, tawadhu, sabar dan penuh kelembutan. 


"Sumber gagasan tari santri ini adalah serapan dari ruang dan waktu, seperti suara bedug, kumandang azan, gema dzikir, suara gemericik air wudhu, suara jejak kaki di waktu subuh, suara gelembung nasi yang mendidih dalam kastol, suara canda tawa, bunyi benturan piring dan nampan, menjadi detak jantung tempo irama yang harmoni dalam tari," terangnya saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Kamis (07/07/2022) di kediamannya di Desa Karduluk, Pragaan, Sumenep. 


Selain itu, ekspresi langkah kaki dan tangan meliuk-liuk, tubuh bergoyang, kepala bergerak-gerak, bola mata yang bersinar, dan wajah yang menebarkan senyum. 


"Penari akan menari mengikuti denyut hati, cinta dan rindu pada junjungannya. Yakni, cahaya di atas cahaya," ungkapnya. 


Kiai Homaidy mengutarakan bahwa penampilan tari santri tidak menampilkan kejahatan, kekerasan, kerakusan, kemunafikan, juga kebohongan. Yang ada hanya kejujuran penyatuan diri dalam hati dan dalam jiwa pujian. 

 

"Untuk mempersiapkannya, kami melatih selama 3 pekan yang melibatkan 135 penari yang sesuai dengan usia pesantren Annuqayah Guluk-Guluk. Alhamdulillah, pada malam itu kami kenalkan secara perdana pada jajaran masyaikh dan masyarakat bahwa santri memiliki potensi seni," tandasnya. 


Editor:

Madura Terbaru