
A Warits (batik hijau), saat menerima cinderamata dari penyelenggara talk show. (Foto: NOJ/Moh Khoirus S).
A Habiburrahman
Kontributor
Sumenep, NU Online Jatim
Pakar Sosiologi asal Sumenep A Warits mengatakan, bahwa ada lima pola pikir masyarakat atau Nahdliyin di sejumlah daerah dalam menyikapi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
Ā
Hal tersebut disampaikan oleh A Warits saat talk show bertajuk āHerd Immunity Sosial dan Efektivitas Vaksinasiā yang diadakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Batang-batang, Sumenep. Acara dipusatkan di Kantor NU setempat, Ahad (29/08/2021).
Ā
Pria yang saat ini menjabat Koordinator Bidang (Korbid) Pengkaderan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep tersebut menjelaskan, pola pikir yang pertama adalah fikrah tawassutiyyah atau pola pikir moderat.
Ā
āDalam menyikapi pandemi, Nahdliyin senantiasa menerapkan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Untuk mencapai pola pikir tersebut, Nahdliyin harus tawazun (seimbang), i'tidal (moderat), tidak tafrith (melebih-lebihkan) atau ifrath (menggampangkan) dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi belakangan ini," ujarnya.
Ā
Kedua, ialah fikrah tasamuhiyah atau pola pikir toleran. Ia mengungkapkan, bahwa warga NU harus mampu hidup perdampingan secara damai dengan pihak lain meskipun secara aqidah dan budayanya berbeda.
Ā
"Fikrah tasamuhiyah harus terus terjalin meskipun secara akidah, pola pikir dan budaya berbeda," imbuh Komisioner KPU Sumenep ini.
Ā
Sedang yang ketiga yang harus dimiliki Nahdliyin ialah senantiasa memiliki fikrah ishlahiyyah atau pola pikir reformatif. Terutama dalam upaya perbaikan diri menuju arah yang lebih baik.
Ā
"Pola pikir reformatif tersebut sebagai upaya menuju al-ishlah ila ma huwa al-ashlah atau menuju ke arah yang lebih baik lagi," tegasnya.
Ā
Keempat adalah fikrah tathowwiriyah atau pola pikir dinamis. Menurut Warits, Nahdliyin hendaknya melakukan kontekstualisasi dalam merespons segala situasi yang terjadi belakangan ini, baik situasi Covid-19 maupun persoalan lainya yang terjadi di tengah masyarakat.
Ā
Sementara yang kelima adalah fikrah manhajiyah atau pola pikir metodologis. Yaitu hendaknya Nahdiyin mampu menerapkan pola pikir yang mengacu pada hasil yang telah ditetapkan Nahdlatul Ulama.
Ā
"Artinya, seorang Nahdliyin senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu pada manhaj yang telah ditetapkan oleh NU yang sangat komplit," pungkasnya.
Ā
Diketahui, selain menghadirkan A Warits, pada talk show tersebut juga mendatang dr Ceria Antika, seorang tenaga kesehatan kecamatan setempat, serta M Maliki owner minuman herbal Teh Mengkudu.
Ā
Penulis: MohĀ Khoirus S
Editor: A Habiburrahman
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Hati dengan 7 Perbuatan
2
Mensos Gandeng PPATK Telusuri Penerima Bansos Terindikasi Main Judol
3
Garda Fatayat NU Jatim Terima 100 Bibit Tanaman dari BPBD untuk Dukung Ketahanan Pangan
4
Distribusikan Benih Padi, Langkah Ansor Jatim Perkuat Ketahanan Pangan
5
Pesantren Bebas Kekerasan: Nawaning Nusantara Siapkan Satgas dan Edukasi Seksual
6
5 Dosen UIN KHAS Jember Ikut Terlibat dalam Penyusunan Raperda MDT
Terkini
Lihat Semua