Madura

Lima Pola Pikir Nahdliyin dalam Menyikapi Pandemi

Selasa, 31 Agustus 2021 | 12:45 WIB

Lima Pola Pikir Nahdliyin dalam Menyikapi Pandemi

A Warits (batik hijau), saat menerima cinderamata dari penyelenggara talk show. (Foto: NOJ/Moh Khoirus S).

Sumenep, NU Online Jatim

Pakar Sosiologi asal Sumenep A Warits mengatakan, bahwa ada lima pola pikir masyarakat atau Nahdliyin di sejumlah daerah dalam menyikapi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Ā 

Hal tersebut disampaikan oleh A Warits saat talk show bertajuk ā€˜Herd Immunity Sosial dan Efektivitas Vaksinasi’ yang diadakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Batang-batang, Sumenep. Acara dipusatkan di Kantor NU setempat, Ahad (29/08/2021).

Ā 

Pria yang saat ini menjabat Koordinator Bidang (Korbid) Pengkaderan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep tersebut menjelaskan, pola pikir yang pertama adalah fikrah tawassutiyyah atau pola pikir moderat.

Ā 

ā€œDalam menyikapi pandemi, Nahdliyin senantiasa menerapkan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Untuk mencapai pola pikir tersebut, Nahdliyin harus tawazun (seimbang), i'tidal (moderat), tidak tafrith (melebih-lebihkan) atau ifrath (menggampangkan) dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi belakangan ini," ujarnya.

Ā 

Kedua, ialah fikrah tasamuhiyah atau pola pikir toleran. Ia mengungkapkan, bahwa warga NU harus mampu hidup perdampingan secara damai dengan pihak lain meskipun secara aqidah dan budayanya berbeda.

Ā 

"Fikrah tasamuhiyah harus terus terjalin meskipun secara akidah, pola pikir dan budaya berbeda," imbuh Komisioner KPU Sumenep ini.

Ā 

Sedang yang ketiga yang harus dimiliki Nahdliyin ialah senantiasa memiliki fikrah ishlahiyyah atau pola pikir reformatif. Terutama dalam upaya perbaikan diri menuju arah yang lebih baik.

Ā 

"Pola pikir reformatif tersebut sebagai upaya menuju al-ishlah ila ma huwa al-ashlah atau menuju ke arah yang lebih baik lagi," tegasnya.

Ā 

Keempat adalah fikrah tathowwiriyah atau pola pikir dinamis. Menurut Warits, Nahdliyin hendaknya melakukan kontekstualisasi dalam merespons segala situasi yang terjadi belakangan ini, baik situasi Covid-19 maupun persoalan lainya yang terjadi di tengah masyarakat.

Ā 

Sementara yang kelima adalah fikrah manhajiyah atau pola pikir metodologis. Yaitu hendaknya Nahdiyin mampu menerapkan pola pikir yang mengacu pada hasil yang telah ditetapkan Nahdlatul Ulama.

Ā 

"Artinya, seorang Nahdliyin senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu pada manhaj yang telah ditetapkan oleh NU yang sangat komplit," pungkasnya.

Ā 

Diketahui, selain menghadirkan A Warits, pada talk show tersebut juga mendatang dr Ceria Antika, seorang tenaga kesehatan kecamatan setempat, serta M Maliki owner minuman herbal Teh Mengkudu.

Ā 

Penulis: MohĀ Khoirus S

Editor: A Habiburrahman