• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Madura

Lima Pola Pikir Nahdliyin dalam Menyikapi Pandemi

Lima Pola Pikir Nahdliyin dalam Menyikapi Pandemi
A Warits (batik hijau), saat menerima cinderamata dari penyelenggara talk show. (Foto: NOJ/Moh Khoirus S).
A Warits (batik hijau), saat menerima cinderamata dari penyelenggara talk show. (Foto: NOJ/Moh Khoirus S).

Sumenep, NU Online Jatim

Pakar Sosiologi asal Sumenep A Warits mengatakan, bahwa ada lima pola pikir masyarakat atau Nahdliyin di sejumlah daerah dalam menyikapi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

 

Hal tersebut disampaikan oleh A Warits saat talk show bertajuk ‘Herd Immunity Sosial dan Efektivitas Vaksinasi’ yang diadakan oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Batang-batang, Sumenep. Acara dipusatkan di Kantor NU setempat, Ahad (29/08/2021).

 

Pria yang saat ini menjabat Koordinator Bidang (Korbid) Pengkaderan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep tersebut menjelaskan, pola pikir yang pertama adalah fikrah tawassutiyyah atau pola pikir moderat.

 

“Dalam menyikapi pandemi, Nahdliyin senantiasa menerapkan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Untuk mencapai pola pikir tersebut, Nahdliyin harus tawazun (seimbang), i'tidal (moderat), tidak tafrith (melebih-lebihkan) atau ifrath (menggampangkan) dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi belakangan ini," ujarnya.

 

Kedua, ialah fikrah tasamuhiyah atau pola pikir toleran. Ia mengungkapkan, bahwa warga NU harus mampu hidup perdampingan secara damai dengan pihak lain meskipun secara aqidah dan budayanya berbeda.

 

"Fikrah tasamuhiyah harus terus terjalin meskipun secara akidah, pola pikir dan budaya berbeda," imbuh Komisioner KPU Sumenep ini.

 

Sedang yang ketiga yang harus dimiliki Nahdliyin ialah senantiasa memiliki fikrah ishlahiyyah atau pola pikir reformatif. Terutama dalam upaya perbaikan diri menuju arah yang lebih baik.

 

"Pola pikir reformatif tersebut sebagai upaya menuju al-ishlah ila ma huwa al-ashlah atau menuju ke arah yang lebih baik lagi," tegasnya.

 

Keempat adalah fikrah tathowwiriyah atau pola pikir dinamis. Menurut Warits, Nahdliyin hendaknya melakukan kontekstualisasi dalam merespons segala situasi yang terjadi belakangan ini, baik situasi Covid-19 maupun persoalan lainya yang terjadi di tengah masyarakat.

 

Sementara yang kelima adalah fikrah manhajiyah atau pola pikir metodologis. Yaitu hendaknya Nahdiyin mampu menerapkan pola pikir yang mengacu pada hasil yang telah ditetapkan Nahdlatul Ulama.

 

"Artinya, seorang Nahdliyin senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu pada manhaj yang telah ditetapkan oleh NU yang sangat komplit," pungkasnya.

 

Diketahui, selain menghadirkan A Warits, pada talk show tersebut juga mendatang dr Ceria Antika, seorang tenaga kesehatan kecamatan setempat, serta M Maliki owner minuman herbal Teh Mengkudu.

 

Penulis: Moh Khoirus S

Editor: A Habiburrahman


Madura Terbaru