Tips Bergawai Positif Anak Usia 3-6 Tahun ala LKKNU Sumenep
Ahad, 29 Agustus 2021 | 13:00 WIB
Firdausi
Kontributor
Sumenep, NU Online Jatim
Gawai atau gadget saat ini sulit dielak. Anak kecil pun gandrung karena peranti teknologi canggih itu menyuguhkan beragam permainan yang makin lama macam permen aneka bentuk dan rasa. Perlu sentuhan halus para orang tua agar anak-anak tidak kecanduan yang berdampak negatif pada tumbuh-kembang mereka.
Soal itulah yang dibahas Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU) Sumenep dalam Webinar Parenting Series 4 dengan tema ‘Gadget dan Anak’ pada Sabtu (28/8/2021). Dilaksanakan lewat Zoom Meeting, hadir dua narasumber yaitu Ketua PKK Sumenep Nia Kurnia Fauzi dan kiai muda Sumenep, Zamzami Sabiq Hamid.
Zamzami menuturkan, saat ini 70 persen orang tua mengizinkan atau bahkan membelikan anak mereka usia 6 bulan-4 tahun bermain gawai untuk memudahkan pengasuhan. Agar anak-anak mereka tenang. Sebanyak 65 persen membiarkan anak mereka bermain gawai di tempat umum, 25 persen meninggalkan sendirian anaknya bermain gawai jelang tidur.
Fakta lainnya, 95 persen anak usia TK sudah menggunakan gawai. Padahal, menurut Zamzami, anak usia 0-2 tahun semestinya tidak boleh memegang dan bermain gawai.
“Usia 3-5 tahun, anak boleh menggunakan gadget untuk program edukatif dengan pendampingan orang tua, maksimal satu jam sehari. Di usia 6 tahun ke atas, anak boleh diberikan gadget untuk program edukatif dan orang tua harus tahu apa yang ditonton anak, maksimal dua jam sehari,” katanya.
Tentu saja bila tidak diawasi secara baik, gawai berdampak negatif bagi anak. Pertama, papar Zamzami, anak akan mengalami keterlambatan bicara dan bahasa. Kedua, anak menjadi malas bergerak. Ketiga, berkurangnya perhatian anak. Keempat, perkembangan otak anak ke arah yang negatif. Kelima, menimbulkan masalah dalam belajar.
“Pengaruh lainnya adalah anak tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Pasti menimbulkan rasa cemas, gelisah, dan khawatir. Menyebabkan depresi di masa anak-anak. Memiliki dampak negatif pada karakter, serta berpotensi menjadi korban predator dan bullying di dunia digital,” ujar Sekretaris Rabithah Ma'ahid Al-Islamiyah Nahdlatul Ulama Sumenep itu.
Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Aengdake Bluto itu lantas memberikan tips bagaimana caranya membatasi anak menggunakan gawai. Pertama, batasi durasi anak menggunakan gawai. Kedua, jadwalkan dan sepakati penggunaan gawai. Ketiga, beri akses terbatas penggunaan gawai. Keempat, tetapkan wilayah bebas gawai. Kelima, ajarkan pentingnya menahan diri menggunakan gawai.
“Buat anak sibuk bermain selain gadget. Jangan jadikan gadget sebagai babysitters. Jangan gunakan gadget untuk menenangkan anak. Yang terpenting, orang tua memberi teladan penggunaan gadget,” tutur dosen Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-Guluk.
Editor: Nur Faishal
Terpopuler
1
Seleksi Ansor Magang Jepang 2025 Dibuka, Simak Ketentuannya
2
3 Keistimewaan Bulan Muharram
3
Brojo Geni: Tradisi Sepak Bola Api Pondok Tremas, Media Dakwah Berbasis Kearifan Lokal
4
Diresmikan Bupati, Gedung MWCNU di Bangkalan Diharap Jadi Penggerak Organisasi
5
PMII Rayon Ibnu Aqil Gelar PKD ke-31 di Singosari, Cetak Kader Intelektual Progresif dan Militan
6
KH Miftachul Akhyar Jelaskan 3 Sikap yang Dirahmati dan Dimurkai Allah
Terkini
Lihat Semua