• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Madura

Sambut Harlah ke-98 NU, Nahdliyin di Sumenep Gelar Ziarah Muassis

Sambut Harlah ke-98 NU, Nahdliyin di Sumenep Gelar Ziarah Muassis
Rombongan NU Pragaan, Sumenep saat ziarah muassis NU. (Foto: NOJ/Firdausi)
Rombongan NU Pragaan, Sumenep saat ziarah muassis NU. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Banyak cara yang dilakukan oleh nahdliyin untuk menyambut Hari Lahir (Harlah) NU ke-98. Salah satunya ziarah muassis yang diselenggarakan oleh pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan, Sumenep beserta lembaga dan Badan Otonom (Banom) NU, Kamis (04/02/2021).

 

KH Hambali Makhtum menjelaskan bahwa kegiatan ini untuk keselamatan negeri. Selain itu pula untuk kelancaran kegiatan tahunan, yaitu Pekan Rajabiyah NU Pragaan.

 

Sekretaris MWCNU Pragaan tersebut memastikan bahwa kedatangan rombongan ke maqbarah untuk menyambung sanad rohani dan mempertahankan tradisi. Karena dengan melanggengkannya maka khidmah generasi muda NU semakin mantap dan memberikan energi atau spirit baru dalam berkhidmat.

 

"Alhamdulillah, lewat Pra-Rajabiyah ini, generasi muda mengingat, mengenang, dan meneladani perjuangan serta pengorbanan muassis saat mendirikan NU pada 16 Rajab 1344 H," katanya.

 

Refleksi perjalanan NU dari masa ke masa mampu membangun solidaritas ke depan di internal kepengurusan.

 

Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk tersebut mengutarakan bahwa kegiatan ini berangkat dari hasil musyawarah kepanitiaan Rajabiyah. Di mana biaya transportasi menggunakan uang pribadi dan iuran. Ada empat mobil yang membawa rombongan peziarah. Yang terlibat adalah sebagian pengurus harian MWCNU, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU), Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Fatayat NU, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU).

 

"Kami iuran, sebagaimana ketika K Nawawi Sidogiri bersedia menjadi pengurus NU dengan syarat seluruh pengurus bersedia urunan dalam menjalankan roda organisasi," kenangnya.

 

Dari pesan tersebut mengingatkan bahwa instruksi yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tentang memassifkan gerakan Koin NU.

 

"Setiap pergi ke mana pun, kader kami biasakan membawa Koin NU agar warga yang kita jumpai menyisihkan rezekinya untuk gerakan sosial NU. Jika istikamah, maka kemandirian organisasi akan kuat," pintanya.

 

Di kesempatan yang berbeda Gus Fatihul Abror merasa tidak kecewa sekalipun maqbaroh mbah Hasyim dan Gus Dur tidak dibuka untuk peziarah umum. Tanpa mengurunkan niat dan tekat panitia Pekan Rajabiyah untuk bertawasul sekali pun di depan gerbangnya atau di tanah kelahirannya.

 

"Kami yakin ada barakah dialirkan untuk para santri-santrinya di NU," tegas Wakil Sekretaris MWCNU Pragaan.

 

Bukti dari keberkahan tersebut nampak ketika rombongan kehabisan logistik. Kala itu bertemu dengan orang yang tidak dikenal usai melakukan shalat subuh di masjid Jami' Baitul Maqdis di Kelurahan Balowerti, Kota Kediri.

 

"Tak di sangka-sangka orang tersebut mendatangi rombongan, kemudian memberi kami makanan yang lengkap dengan nasi, air, dan snacknya. Kebetulan saat itu bekal uang kami terbatas dan yang kami tunggu hanyalah keajaiban," jelasnya.

 

Setelah seluruh rombongan melahap sajian makanan tersebut, akhirnya ketahuan juga bahwa sosok dermawan itu adalah Wakil Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Kediri, yakni ustadz Sunan.

 

"Terimakasih atas pemberiannya. Semoga di lain waktu bisa bertatap muka lagi dengannya," pungkasnya.

 

Rute ziarah muassis NU adalah Syaikhona Khalil bin Abd Latif (Bangkalan), KH Mas Alwi (Inisiator nama NU) Surabaya, KH Ridlwan Abdoellah (Pencetus Logo NU) Surabaya, KH Chamim Jazuli atau Gus Miek (Kediri), KH Ahmad Shiddiq  (Kediri), Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari dan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Jombang), KH Abd Wahab Chasbullah (Jombang), KH Bisri Syansuri (Jombang), serta terakhir Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel (Surabaya).

 


Editor: Risma Savhira


Madura Terbaru