• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Matraman

Makna Maulid dan Maulud Menurut Kiai Said Aqil Siroj

Makna Maulid dan Maulud Menurut Kiai Said Aqil Siroj
Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj. (Foto: NOJ/ Anwar Sanusi)
Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj. (Foto: NOJ/ Anwar Sanusi)

Pacitan, NU Online Jatim
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, istilah Maulid Nabi itu bisa dikatakan ‘maulid’ atau ‘maulud’. Keduanya benar, hanya beda pengertiannya.


Penegasan tersebut disampaikan saat Diba Akbar dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW di Perguruan Islam Pondok Tremas, Arjosari, Pacitan, Jum’at (07/10/2022) malam.


“Orang Cirebon bilangnya ‘maulud’ bukan ‘maulid’. Kalau kita katakan maulid, yang kita rayakan yang kita hormati adalah hari dimana Nabi Muhammad dilahirkan, karena itu sighat zaman. Tapi kalau kita katakan maulud, brarti yang kita hormati adalah bayi yang dilahirkan, yaitu bayi Muhammad. Silahkan, maulud boleh, maulid juga boleh,” katanya.


Ia menyampaikan, pertama kali maulid dilaksanakan pada masa Dinasti Fatimiyah Khalifah Al Muiz Lidiniyyah, setelah memasuki Mesir usai perjalanan dari Tunisia yang mengalahkan Dinasti Ibinthaluun.


“Makanya, pertama kali diadakan maulid Nabi pada tahun 363 Hijriyah. Sekaligus mendirikan Kota Al Qahirah dan membangun Masjid Al Azhar, yang membangun namanya Jauhar As Saqli,” terangnya.


Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan itu mengatakan, setiap orang yang seumur hidupnya selalu mengadakan maulid Nabi akan menjadi ahli surga.


“Yang tidak percaya tidak apa-apa, biarin aja. Yang tidak percaya pasti tidak dapat syafaat Rasulullah. Yang percaya pasti dapat syafaat Rasulullah. Kita adalah orang yang percaya,” imbuhnya.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa seandainya ada orang yang banyak berbuat dosa kemudian menghadap dan memohon ampun kepada Nabi Muhammad, maka orang tersebut pasti diampuni dosanya.


“Kalau kita banyak dosanya, ziarah ke Madinah dan istighfar di hadapan makam Rasulullah, maka Allah pasti mengampuni dosanya. Itu artinya Nabi Muhammad SAW punya hak dan otoritas untuk memberi syafaat kepada yang beliau kehendaki,” pungkasnya.


Diketahui, kegiatan ini turut menghadirkan sejumlah pendakwah kondang lainnya. Meliputi, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah dan penceramah Ustadz Yusuf Mansur.


Matraman Terbaru