• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Metropolis

Begini Konsep Ketahanan Keluarga yang Digagas Jaringan Gusdurian

Begini Konsep Ketahanan Keluarga yang Digagas Jaringan Gusdurian
Forum Isu Strategis Isu Perwujudan Keadilan Hakiki dan Ketangguhan Keluarga, Perempuan dan Anak dalam Tunas Gusdurian 2022 yang menggagas Konsep Ketahanan Keluarga. (Foto: NOJ/ Makhfud Syawaluddin)
Forum Isu Strategis Isu Perwujudan Keadilan Hakiki dan Ketangguhan Keluarga, Perempuan dan Anak dalam Tunas Gusdurian 2022 yang menggagas Konsep Ketahanan Keluarga. (Foto: NOJ/ Makhfud Syawaluddin)

Surabaya, NU Online Jatim
Temu Nasional (Tunas) Gusdurian yang dipusatkan di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jumat-Ahad (14-16/10/2022) di antaranya menggagas konsep ketahanan keluarga. Konsep tersebut dijelaskan oleh Faqihuddin Abdul Kodir dalam Forum Isu Strategis Isu Perwujudan Keadilan Hakiki dan Ketangguhan Keluarga, Perempuan dan Anak.


“Kembali kepada makna tahan adalah seseorang yang mampu untuk menolak segala keburukan pada dirinya. Jadi, ketahanan keluarga awalnya adalah bagaimana keluarga memiliki kapasitas, memiliki kemampuan yang memungkinkan dia tidak menjadi korban atau pelaku atas keburukan-kebutukan yang akan menimpa keluarga,” ujarnya kepada NU Online Jatim, Sabtu (15/10/2022).


Dirinya menambahkan, Jaringan Gusdurian mengembangkan konsep ketahanan keluarga menjadi tidak hanya memiliki daya tahan dari keburukan. Tetapi juga memiliki daya dorong untuk melakukan kebaikan kepada masyarakat luas.


“Keluarga akan memiliki kemampuan untuk bergerak, memiliki daya dorong untuk melakukan dan menerima kebaikan. Sehingga dia bisa menjadi orang yang maslahat, memberikan kebaikan kepada diri, keluarga, lalu kepada masyarakat lebih luas, dan semesta,” ujar penulis buku Shalawat Keadilan: Relasi Laki-laki dan Perempuan dalam Teladan Nabi itu.


Untuk mewujudkan itu, menurutnya dimulai dengan merubah cara pandang dari diri dan relasi anggota keluarga sebagai sesama manusia yang bermartabat. Dengan cara pandang tersebut, tidak ada yang lebih rendah atau lebih tinggi, tetapi setara.


“Laki-laki misalnya dalam banyak kasus merupakan sosok yang kuat, tapi kan belum tentu selamanya. Katakanlah laki-laki ada sakitnya, atau usianya, atau ada banyak juga perempuan yang lebih kuat. Ketika ada kelebihan kapasitas itu harus digunakan untuk keadilan. Itu cara pandang bermartabat. Yang punya, memberdayakan yang tidak punya,” ungkap mantan Sekretaris Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Malaysia itu.


Penulis buku Qiraah Mubadalah: Tafsir Progresif untuk Keadilan Gender dalam Islam itu kemudian berpesan kepada pasangan menikah muda. Bahwa menikah itu berpikir tentang hidup berelasi. Artinya diri dan pasangan sama-sama penting untuk saling mengenal dan memahami.


“Dengan begitu insyaallah konflik atau perbedaan apapun akan mudah diselesaikan ketika masing-masing mengenali diri. Misal butuh apa, pengin apa, marah ketika apa, lalu juga mengenal tentang pasangannya,” tandas Doktor lulusan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu.


Diketahui, topik dalam Forum Isu Strategis Tunas Gusdurian 2022 ini meliputi banyak hal. Yakni, Isu Penguatan Toleransi dan Perdamaian, Isu Keberlanjutan Alam dan Lingkungan, Isu Peningkatan Kualitas Demokrasi, Isu Penegakan Hukum dan Keadilan, Isu Pendidikan Berkualitas dan Membebaskan, Isu Pemenuhan Keadilan Ekonomi dan Sosial, serta Isu Khusus Pribumisasi Islam.


Metropolis Terbaru