• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

KH Lukman Hakim Saifuddin Ingatkan Mayoritas Jangan Merasa Paling Benar

KH Lukman Hakim Saifuddin Ingatkan Mayoritas Jangan Merasa Paling Benar
Pemaparan KH Lukman Hakim Saifuddin bersama KH Marzuki Wahid tentang Moderasi Beragama Gus Dur dalam Kelas Berbagi Inspirasi TUNAS GUSDURian 2022 di Hall Muzdalifah, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jum'at (14/10/2022) malam. (NOJ/ Moch. Miftachur Rizki)
Pemaparan KH Lukman Hakim Saifuddin bersama KH Marzuki Wahid tentang Moderasi Beragama Gus Dur dalam Kelas Berbagi Inspirasi TUNAS GUSDURian 2022 di Hall Muzdalifah, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jum'at (14/10/2022) malam. (NOJ/ Moch. Miftachur Rizki)

Surabaya, NU Online Jatim

Mantan Menteri Agama RI, KH Lukman Hakim Saifuddin bersama Rektor Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, KH Marzuki Wahid memaparkan Moderasi Beragama Gus Dur dalam Kelas Berbagi Inspirasi Temu Nasional (TUNAS) GUSDURian 2022 di Hall Muzdalifah, Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jumat (14/10/2022) malam.


Dalam kesempatan itu, Kiai Lukman mengingatkan bahwa mayoritas tidak boleh merasa paling benar.


"Sebenarnya, esensi moderasi beragama tidak ada yang baru, itu merupakan ajaran para pendahulu kita, termasuk yang diajarkan Gus Dur. Bahwa beragama tidak boleh berlebih-lebihan, tidak boleh melampaui batas, kita harus tasamuh, toleransi, tawazun, dan tawassuth. Itu semua ajaran Gus Dur, hanya istilah moderasi beragama saja yang baru, tetapi esensinya sama," katanya.


Ia juga mengingatkan agar seluruh insan manusia tidak mudah menghakimi siapapun, baik antara mayoritas dan minoritas atau sebaliknya.


"Siapapun yang mayoritas jangan merasa paling benar sendiri. Karena yang berbeda bukan berarti mereka salah. Meskipun kita tentu harus meyakini agama yang kita imani paling benar. Namun, bukan berarti yang berbeda dengan kita pasti salah. Biarlah yang menghukumi itu Tuhan Yang Maha Esa, kita sekadar menebarkan kemaslahatan bagi sesama," tambah pria kelahiran Jakarta, 25 November 1962 tersebut.


Sementara itu, salah seorang peserta Kelas Moderasi Beragama dari Gusdurian Makasar, Akmal Ahmad menyampaikan, dirinya bersyukur lantaran bisa menimba ilmu Moderasi Beragama Gus Dur.


"Meskipun sudah klasik, tetapi moderasi beragama merupakan pemersatu segala aspek yang ada di Sulawesi, baik yang minoritas maupun mayoritas," tuturnya.


Ahmad juga menjelaskan bahwa dirinya sangat mengidolakan Gus Dur dalam hal moderasi beragama.


"Bagi saya Gus Dur salah satu guru bangsa, di mana moderasi beragama sudah lama beliau gaungkan saat menjadi Presiden RI dengan asas-asas keadilan yang ada. Dengan moderasi beragama kita bisa menghargai satu sama lain," terangnya.


Editor:

Metropolis Terbaru