• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Metropolis

Buka PMKNU Jatim II, Ketua PBNU Sebut NU Itu Rafa’ dan Nashab

Buka PMKNU Jatim II, Ketua PBNU Sebut NU Itu Rafa’ dan Nashab
Ketua PBNU KH Miftah Faqih saat membuka PMKNU Jatim II di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jatim, Kota Surabaya, Rabu (01/03/2023). (Foto: NOJ/ MR)
Ketua PBNU KH Miftah Faqih saat membuka PMKNU Jatim II di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jatim, Kota Surabaya, Rabu (01/03/2023). (Foto: NOJ/ MR)

Surabaya, NU Online Jatim

Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) II yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim resmi dibuka. Agenda yang digelar selama 5 hari pada Rabu-Ahad (01-05/03/2023) ini dipusatkan di Gedung Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jatim, Jalan Ketintang Wiyata No 15, Ketintang, Kecamatan Gayungan, Kota Surabaya.


Kegiatan tersebut dibuka oleh Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih. Dalam sambutannya, Kiai Miftah menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama itu rafa’ dan nashab, bukan irtifa’ ataupun intishab.


“Kenapa? Karena pada diri NU, pada dzatiyahnya ada nilai-nilai luhur, akidah, pendidikan kegamaan, kesetaraan, dan sebagainya,” ujarnya, Rabu (01/03/2023).


Ia menambahkan, karena NU itu rafa’, maka di dalam berkhidmat di NU harus mengetahui arah gerakannya hendak kemana. Namun, yang perlu diketahui pertama yaitu al-Qashdu wal Ghoyah atau alasan/reaksi dan tujuan.


“Itu harus diketahui betul, mimpi utamanya kita itu apa? Karena strategi itu tanpa ghoyah yang jelas tidak akan sampai (lan yufhama),” terangnya.


Di samping itu, ia juga menegaskan bahwa kepengurusan NU di era saat ini juga berakar pada awal berdirinya NU, dimana ia menghadapi realitas yang luar biasa. Mulai dari tantangan wahabisme, kolonialisme, dan lain sebagainya.


“Dan hari ini, kita berada dalam satu fase sejarah, dimana dunia ini tanpa batas,” ucap Kiai Miftah.


Dirinya menyebutkan, hari ini elemen Nahdlatul Ulama seringkali terbuai dengan hasil survei yang menyatakan warga NU di Indonesia mencapai 60 persen lebih. Namun, pertanyaannya adalah apakah data itu sudah dikantongi? Tentu tidak semuanya.


“Dan, ini tantangan kita yang luar biasa. Makanya, saya berharap di Jawa Timur masing-masing Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) punya data anggota NU,” harapnya.


Pihaknya mewanti-mewanti agar Jawa Timur sebagai episentrum Nahdlatul Ulama dapat mengawali gerakan berbasis data ini. Karena ia harus menjadi contoh, termasuk kaitannya dalam data informasi kader.


“Ketika kita mengatakan Jawa Timur sebagai episentrum NU, maka ia harus menjadi contoh mulai dari aspek data informasi kader tersebut,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru