• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Metropolis

Doa Tak Segera Terkabul? Perhatikan Pesan Imam Al-Ghazali

Doa Tak Segera Terkabul? Perhatikan Pesan Imam Al-Ghazali
KH Farmadi Hasyim saat menyampaikan materi pengajian online di kediamannya. (Foto: NOJ/istimewa)
KH Farmadi Hasyim saat menyampaikan materi pengajian online di kediamannya. (Foto: NOJ/istimewa)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Dalam salah satu kitab karangannya yakni Al-Adabu Fiddin, hujjatul Islam yakni Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa seorang hamba harus memiliki pengharapan terkait akan diterimanya doa yang dipanjatkan. Namun demikian, ada sejumlah etika yang hendaknya memperoleh penekanan agar segala pinta dikabulkan. 

 

“Pada bab adabud-dua’ atau etika berdoa, Imam Al-Ghazali dalam kitab berjudul Al-Adabu Fiddin menjelaskan setidaknya ada sejumlah hal yang harus diperhatikan kala berdoa,” kata KH Farmadi Hasyim, Rabu (1/4).

 

Penjelasan tersebut disampaikannya pada pengajian dalam jaringan (daring) atau online yang dilakukan dari kediamannya di kawasan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur. 

 

Dalam kitab tersebut, di antara yang hendaknya diperhatikan yakni pertama adalah khusuul qalbi atau menghadirkan kekhusyukan dalam hati.

 

“Ini memberi pesan bahwa saat menengadah demi meminta kepada Allah SWT hendaknya benar-benar  menghadirkan kekusyukan hati,” terang Wakil Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jawa Timur ini.

 

Hal kedua yang turut menentukan dikabulkannya permintaan adalah memusatkan perhatian. Bahwa ketika sudah memantapkan diri untuk meminta, maka segala hal harus ditangguhkan dan berganti kepada perhatian sesuai dengan doa yang dipanjatkan.

 

“Istilah Imam Al-Ghazali, bahwa memusatkan perhatian disebut dengan jam’ul hammi,” ungkapnya.

 

Berikutnya yakni idharud dzul atau menampakkan kehinaan.

 

“Apa arti kita di hadapan Allah SWT yang maha segalanya? Bila mau, yang saat ini kita miliki akan dalam sekejap ditarik dan diangkat,” terang Kiai Farmadi, sapaan akrabnya.  

 

Masalah penting yang hendaknya diperhatikan yakni husnun nadhar atau berbaik sangka. Bahwa positif thinking atau dalam bahasa lain disebut husnuddzan yakni berbaik sangka kepada Allah merupakan di antara kekuatan doa untuk diterima.

 

“Karena Allah SWT sangat bergantung kepada prasangka hamba-Nya, dengan demikian bila menyangka doa diterima, maka dapat diharapkan segala pinta dapat terkabul,” urainya.

 

Berikutnya harus hifdzul janah yakni merendahkan diri, selanjutnya su'alul faqah atau menampakkan sikap butuh, serta laja'ul ghariq yaitu memohon kepada Allah seperti orang yang tenggelam dan butuh kepada penyelamat. 

 

Kasi Pemberdayaan KUA dan Keluarga Sakinah Kanwil Kemenag Jatim ini mengajak jamaah online untuk benar-benar menjadikan kesempatan doa sebagai waktu terbaik.

 

Alumnus Pesantren Al-Khoziny, Sidoarjo tersebut menyebut bahwa doa adalah senjata utama kaum muslimin, sehingga sudah seharusnya dimanfaatkan sebagai kesempatan terbaik.

 

“Mari perbanyak berdoa, apalagi bangsa ini tengah diuji dengan musibah tersebarnya virus Corona. Dan agar pinta dapat terkabul, maka hendaknya memperhatikan pesan dari Imam Al-Ghazali tersebut,” pungkasnya.


Metropolis Terbaru