FKPT Perkuat Sinergi Pencegahan Terorisme Lewat Model Pentahelix
Rabu, 19 Maret 2025 | 20:00 WIB
Risma Savhira
Kontributor
Surabaya, NU Online Jatim
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) berkomitmen untuk memperkuat upaya pencegahan terorisme di Indonesia melalui sinergi dengan berbagai pihak. Penegasan disampaikan dalam Forum Group Discussion (FGD) Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FKPT 2025, yang dihadiri Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama perwakilan FKPT dari 36 provinsi serta dua kabupaten baru yakni Jepara dan Lebak.
Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Harianto, menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam menghadapi ancaman terorisme. Menurutnya, pencegahan terorisme bukan hanya tugas pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab bersama.
“Kami terus memperluas jangkauan kerja sama dengan berbagai lembaga, ormas keagamaan, komunitas pemuda, hingga media untuk membangun daya tangkal masyarakat terhadap paham radikal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (19/03/2025).
Harianto menjelaskan, FKPT akan mengadopsi model pentahelix, yaitu kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, media, dan komunitas. Model ini dilakukan menyikapi tantangan yang semakin kompleks.
“Untuk itu, pendekatan yang melibatkan berbagai unsur ini menjadi kunci agar upaya pencegahan lebih efektif dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat," kata Harianto.
Dalam Rakernas ini, sejumlah program strategis FKPT 2025 juga dipaparkan. Salah satunya adalah program "Pitutur Cinta", yang bertujuan membekali penceramah lintas agama dengan pemahaman keagamaan moderat untuk menangkal narasi ekstremisme.
"Kita ingin membangun narasi perdamaian melalui para penceramah yang memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Mereka akan menjadi agen perdamaian di komunitas masing-masing," jelasnya.
Selain itu, FKPT juga berfokus pada literasi media melalui program "Goresan Cinta", yang melibatkan insan media muda dalam memproduksi konten jurnalistik anti-radikalisme. Alasannya karena media memiliki peran besar dalam membentuk opini publik.
“Kami ingin memastikan bahwa jurnalis, terutama di daerah, memiliki pemahaman yang kuat tentang cara melawan propaganda radikal," terangnya.
Tidak hanya di bidang media dan agama, FKPT juga merancang program berbasis budaya untuk mencegah infiltrasi ideologi ekstrem di kalangan anak muda. Program "Laskar Cinta" misalnya, mengajak generasi muda untuk melestarikan seni dan budaya lokal sebagai benteng dari radikalisme.
"Seni dan budaya adalah kekuatan bangsa. Jika anak muda kita aktif dalam kegiatan budaya, maka mereka memiliki benteng yang kuat terhadap ideologi kekerasan," ungkapnya.
Di samping itu, FKPT juga akan melakukan survei Indeks Potensi Radikalisme (IPR) dan Indeks Risiko Terorisme (IRT) sebagai upaya memahami dinamika potensi radikalisme di Indonesia.
"Data yang akurat sangat penting. Dengan survei ini, kita bisa memahami daerah mana yang memiliki potensi lebih tinggi terhadap radikalisme dan bagaimana kita bisa merancang program pencegahan yang lebih tepat sasaran," jelasnya.
Meskipun menghadapi tantangan efisiensi anggaran, FKPT tetap optimis bahwa program pencegahan terorisme bisa dijalankan secara optimal. "Kami menyadari bahwa ada keterbatasan, tapi itu tidak mengurangi semangat kami untuk terus bekerja," tuturnya.
Komitmen FKPT Jatim
Selaras dengan itu, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jatim, Hj Husniyatus Salamah Zainiyati, menegaskan bahwa dengan ikhtiar yang maksimal, semua program kegiatan akan tetap berjalan dengan baik meskipun terdapat upaya efisiensi anggaran.
"FKPT Jatim akan terus menjalin sinergi dengan berbagai pihak, termasuk instansi pemerintah daerah dan lembaga lainnya. Kolaborasi ini menjadi kunci utama dalam menjalankan program-program pencegahan intoleransi, moderasi, serta inisiatif lain yang berkaitan dengan pencegahan terorisme," ujarnya.
Ia menambahkan, sinergi dengan berbagai pihak seperti instansi pemerintah daerah dan lembaga lainnya akan menjadikan program-program pencegahan intoleransi, moderasi, serta program pencegahan terorisme lainnya tetap berjalan meskipun ada efisiensi anggaran.
"Keberlanjutan program bukan hanya bergantung pada anggaran, tetapi juga pada komitmen dan kreativitas dalam menjalankan program di tengah keterbatasan," tandasnya.
Terpopuler
1
Innalillahi, KH M Syafi’ Misbah Pengasuh Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo Wafat di Makkah
2
Khutbah Jumat: Ibadah Kurban dan Ikhtiar Meneguhkan Silaturahim
3
Makna Idul Adha: dari Ritual Agama menuju Revolusi Kepedulian
4
3 Amalan Sunnah Istimewa di Hari Tasyrik
5
Khutbah Idul Adha: 3 Hikmah Hari Raya Kurban
6
PWNU Jatim Terima Puluhan Sapi Kurban dari Gubernur Hingga Partai Politik
Terkini
Lihat Semua