• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Metropolis

Ketua PCNU Surabaya: Sukses Kiai As'ad Umar karena Sosok Nyai Azzah

Ketua PCNU Surabaya:  Sukses Kiai As'ad Umar karena Sosok Nyai Azzah
Almarhumah Nyai Hj Azzah As’ad Umar. (Foto: NOJ/ist)
Almarhumah Nyai Hj Azzah As’ad Umar. (Foto: NOJ/ist)

Surabaya, NU Online Jatim

Wafatnya Nyai Hj Azzah As’ad Umar pada Jumat (23/10/2020) menyisakan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang.

 

Sejumlah santri langsung histeris kala mendengar kabar duka tersebut. Mereka yang mengenal sosok Nyai Azzah, sapaan almarhumah demikian terpukul atas kepergiannya. Tidak sedikit para alumni yang memaksa untuk hadir saat pemakaman, meskipun suasana pandemi melingkupi. Hal tersebut tentu sebagai keinginan memberikan penghormatan terakhir atas kepergian almarhumah.

 

Catatan disampaikan H Achmad Muhibbin Zuhri terkait sosok istri KH As’ad Umar tersebut. Karena Cak Muhibbin pernah ditempa di Pesantren Rejoso, sebutan untuk Pondok Pesantren Darul Ulum.

 

“Kamar saya dulu persis di depan rumah beliau, Ibnu Siena 2,” kata H Achmad Muhibbin di akun Facebooknya, Sabtu (24/10/2020). Dan sekarang kamar tersebut sudah dibobol menjadi jalan masuk ke makam masyayikh pesantren.

 

“Aku suka tidur di bawah jendela kamar berkaca lebar itu. Sering kali aku dibuat malu karena terlambat bangun Subuh,” kenang Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya ini.

 

Hal tersebut karena selain almaghfurlah KH As'ad Umar sendiri yang kerap membangunkan santri, Ibu Nyai Azzah juga tidak jarang melakukan hal yang sama. Mengingatkan para santri akan tugas yang harus dilakukan di awal waktu.

 

“Ibu Nyai Azzah menghampiri kamar yang masih gelap, menengok ke jendelanya sambil berkata: subuh, subuh, tangi, ayo," terang dosen di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.

 

Dijelaskan Cak Muhibbin bahwa di Pesantren Rejoso, shalat Subuh berjamaah merupakan agenda penting. Karena setelahnya, para santri bisa mengikuti istighotsah rutin.

 

“Istighotsah itu adalah sebuah ritual yang kita kenal sekarang sering diamalkan di lingkungan Nahdliyin,” ungkap mantan Ketua Pengurus Cabang (PC) Pergerakan mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Surabaya tersebut.

 

Dijelaskannya bahwa isi istighotsah adalah bacaan doa dan awrad dengan tartib tertentu yang khas. Disusun oleh Kiai Romly Tamim, Mursyid Thariqah Qadiriyah wan-Naqsabandiyah.

 

Dalam pandangan Cak Muhibbin, Pesantren Rejoso adalah lembaga pendidikan modern yang tidak meninggalkan basis salafiyah. Selain menjadi pusat tafaqquh fiddin yang dilengkapi dengan sejumlah sekolah favorit dan perguruan tinggi yang maju, juga menjadi pusat thariqah.

 

“Sebuah organisasi sufi jujugan para salik mencari makna hidup sebenarnya,” tegasnya.

 

Khusus sosok Nyai Azzah, Cak Muhibbin mengenalnya sebagai pribadi yang anggun, sabar dan berkarakter kuat. Sangat tawaddlu dan pandai menghargai siapa pun.

 

“Kesuksesan Kiai As'ad dalam mengembangkan pendidikan berbasis pesantren, saya yakin tidak lepas dari dukungan pendamping setia beliau ini,” katanya.

 

Karena itu, dirinya menyampaikan doa selamat jalan kepada Nyai Azzah. “Selamat ketemu kembali dengan Pak Kiai As'ad dan para shiddiqin, semoga Allah SWT memuliakan panjenengan di sisi-Nya,” pungkas dia.

 


Editor:

Metropolis Terbaru