• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

KUPI II Digelar 23-26 November 2022 Mendatang, Bahas Lima Isu

KUPI II Digelar 23-26 November 2022 Mendatang, Bahas Lima Isu
Ketua Umum Panitia Pelaksana atau OC KUPI II, Nyai Masruchah. (Foto: NU Online)
Ketua Umum Panitia Pelaksana atau OC KUPI II, Nyai Masruchah. (Foto: NU Online)

Surabaya, NU Online Jatim
Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) II akan digelar pada 23-26 November 2022 mendatang. Kongres yang dipusatkan di Semarang dan Jepara itu akan membahas lima isu krusial berkaitan dengan perempuan.


Ketua Umum Panitia Pelaksana atau Organizing Committee (OC) KUPI II, Nyai Masruchah menjabarkan, kelima isu krusial tersebut meliputi, peran perempuan dalam merawat bangsa dari ekstrimisme, serta pengelolaan dan pengolahan sampah rumah tangga untuk keberlanjutan lingkungan.


“Selain itu, perlindungan perempuan dari bahaya pemaksaan perkawinan, perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat perkosaan, serta perlindungan perempuan dari bahaya tindak pemotongan dan pelukaan genetalia perempuan,” ujarnya dikutip dari NU Online pada Rabu (16/11/2022).


Diangkatnya isu ekstrimisme dan radikalisme menurutnya berdampak terhadap peran kepemimpinan perempuan, sebab isu-isu ekstremisme seringkali mendomestikan perempuan.


"Jadi perspektif (ekstremisme) ini yang kemudian merumahkan perempuan, karena perempuan dianggap tidak boleh keluar rumah," kata Nyai Masruchah.


Pandangan itu menurutnya mempersempit langkah perempuan sebab beranggapan bahwa perempuan dan laki-laki tidak memiliki hak yang sama. Padahal dalam konteks Islam, konstitusi, dan kehidupan bernegara dijelaskan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama.


"Untuk mengatasi itu, perempuan di Indonesia harus sama-sama bergerak mengantisipasi dan melawan pandangan yang mengecilkan peran perempuan. Jadi perempuan harus hati-hati dengan pandangan-pandangan konservatif yang ekstrem dan tidak Islam rahmatan lil alamin," jelas dia.


Oleh karena itu, terang dia, kehadiran ulama-ulama KUPI adalah mensosialisasikan Islam rahmatan lil alamin yang memandang perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama. Untuk mencegah paham ekstremisme yang mengecilkan hak dan peran perempuan.


"Untuk itu, ulama perempuan di majelis taklim, pesantren, dan di pusat studi gender dan anak bisa mensosialisasikan Islam rahmatan lil alamin. Ulama perempuan bisa kampanye damai yang menenangkan hati, sesuai dengan prinsip Islam dan konstitusi. Kemudian dilengkapi dengan dalil-dalil dalam agama Islam," terangnya.


Ia menambahkan, kehadiran ulama-ulama KUPI selain menjadi benteng untuk mencegah tersebarnya paham ektremisme dan terorisme di masyarakat, juga berperan sebagai pendamping membantu pemulihan korban kasus-kasus terorisme.


"Mencegah lewat jalan dakwah sekaligus mendampingi korban dalam konteks pemulihan sampai memberi pemahaman agama yang benar sesuai dengan prinsip Islam rahmatan lil alamin,"  jelas Nyai Masruchah.


Diketahui, KUPI II mengusung tema ‘Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan’. Agenda tersebut dijadwalkan akan diikuti peserta dari 29 negera di dunia.


Metropolis Terbaru