• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 2 Juli 2024

Metropolis

LBH GP Ansor Tuntut Pemilik Akun Youtube Hina Rais Aam PBNU Minta Maaf

LBH GP Ansor Tuntut Pemilik Akun Youtube Hina Rais Aam PBNU Minta Maaf
Akun youtube Benteng Nusantara yang diduga menghina Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkap layar)
Akun youtube Benteng Nusantara yang diduga menghina Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: tangkap layar)

Surabaya, NU Online Jatim

Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH) GP Ansor menuntut agar pemilik akun youtube bernama Benteng Nusantara segera meminta maaf dalam waktu 2x24 jam. Hal tersebut buntut dari konten yang berisi hinaan dan fitnah terhadap Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar.

 

Video berdurasi 10 menit 39 detik yang diunggah pada 1 Juni 2024 tersebut menuduh Rais Aam PBNU merusak Nahdlatul Ulama dan Indonesia. "Isinya fitnah. Kami meminta agar siapapun pemilik akun tersebut untuk segera meminta maaf," kata Ketua LBH GP Ansor, Dendy Zuhairil Finsa, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (02/06/2024).

 

Ia menambahkan bahwa apabila permintaan maaf tersebut tidak dilakukan, pihaknya mengultimatum untuk tidak segan-segan melakukan upaya jalur hukum dan melaporkan pemilik akun tersebut.

 

"Ini adalah pimpinan tertinggi warga NU. Kita harus menjaga marwahnya. Fitnah tersebut telah melukai organisasi dan warga NU. Kami tunggu dalam waktu 2x24 jam. Jika tidak segera dilakukan, kami akan mengambil jalur hukum," tuturnya.

 

Dendy juga menjelaskan bahwa Banser Ansor, sebagai pengawal ulama, sudah siap untuk melakukan tabayun atau klarifikasi terkait kasus ini. "Banser juga sudah siap. Tinggal menunggu instruksi dari Gus Addin Jauharudin (Ketum PP GP Ansor)," ujarnya.

 

Dendy menegaskan bahwa perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa di Nahdlatul Ulama. Namun, ketika perbedaan pendapat tersebut sudah bernada provokatif, menuding dan memfitnah, apalagi terhadap pimpinan tertinggi PBNU, maka hal tersebut sangat disayangkan.

 

"Sudah biasa di NU berdebat. Tapi yang ini memfitnah pucuk pimpinan tertinggi kami, memprovokasi warga NU. Sangat disayangkan dan seharusnya tidak perlu dilakukan," pungkasnya.


Metropolis Terbaru