• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Metropolis

Sekretaris PW MATAN Jawa Timur: Meneladani Rasulullah Harus Seimbang

Sekretaris PW MATAN Jawa Timur: Meneladani Rasulullah Harus Seimbang
Sekretaris PW MATAN Jawa Timur. (Foto: NOJ/Alvin)
Sekretaris PW MATAN Jawa Timur. (Foto: NOJ/Alvin)

Surabaya, NU Online Jatim

Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (MATAN) Provinsi Jawa Timur, Gus Ahmad Miftahul Haq, M.Pd. sampaikan kuliah keagamaan secara daring kepada para mahasiswa Hukum Tata Negara (HTN) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) pada Kamis (29/10/2020).

 

Kuliah keagamaan yang dikemas dalam kegiatan kajian islami ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi HTN UIN Sunan Ampel Surabaya yang dipandu oleh Alvin Jauhari sebagai moderator. Kuliah ini bertajuk Meneladani Akhlak Rasulullah di Era Milenial Guna Meningkatkan Kualitas dan Menciptakan Karakter yang Kuat dalam Beragama.

 

Acara ini digelar secara daring  melalui platform zoom. Sekretaris PW MATAN Jatim memaparkan bahwa Rasulullah adalah seorang manusia, namun bukan sembarang manusia.

 

“Rasulullah memang manusia, namun beliau bukan manusia biasa. Beliau laksana batu permata diantara bebatuan biasa,” paparnya.

 

Gus Miftah juga melanjutkan penjelasannya tentang bukti cinta manusia kepada Allah, Nabi, akhirat, dan dunia.


 
“Tanda cinta kepada Allah adalah cinta kepada Al-Qur’an, sedangkan cinta keduanya adalah dengan cinta kepada Nabi. Kemudian tanda cinta kepada Nabi adalah cinta kepada sunnah, sedangkan cinta kepada sunnah adalah cinta akhirat. Kemudian tanda cinta kepada akhirat adalah benci kepada dunia, sedangkan tanda cinta kepada dunia adalah tidak mengambil darinya kecuali mengambil secukupnya untuk bekal kehidupan akhirat kelak,” lanjut pria yang juga Pengurus Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Ta’lif wa an-Nasyr NU (LTN NU) Jawa Timur ini.


    
Menurut Gus Miftah meneladani Rasulullah harus seimbang antara Islam, Iman, dan Ihsan.

 

“Islam adalah ibadah lahir, kemudiaan Iman adalah pokok keyakinan, sedangkan Ihsan adalah sikap atau amal bathin. Akhlak adalah sesuatu yang keluar dari dalam tanpa dipikirkan, dicontohkan ketika ada orang ditampar, kemudian reflek berkata kotor, ya itu akhlaknya. Kemudian standar minimum akhlak Rasulullah telah diajarkan secara turun temurun oleh para kiai kita, atau gampanganya dalam istilah pondok standar minimum ya sesuai di dalam kitab Sullamuttaufiq atau Safinatunnajah. Jika kita belum paham apa yang ada di dalam kitab tersebut, maka kita perlu belajar dan mengaji lagi,” ujarnya.

 

Dalam kesempatan yang sama H Fajruddin Fatwa, S.H, M.H.I selaku Wakil Dekan (Wadek) III FSH UINSA, beliau menyampaikan pesan kepada seluruh mahasiswa untuk tetap meneladani Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.

 

“Generasi milenial harus meneladani Rasulullah dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan terus belajar serta mengaji, saya aja sampai sekarang masih menjadi santri yang terus mengaji kepada kiai dan guru-guru saya," terang Pak Fajar.

 


Kontributor : M. Alvin Jauhari
Editor : Risma Savhira


Metropolis Terbaru