Metropolis

Ta’aruf RMINU Jatim, Satukan Visi Demi Memperkuat Spirit Khidmah

Ahad, 8 Desember 2024 | 11:00 WIB

Ta’aruf RMINU Jatim, Satukan Visi Demi Memperkuat Spirit Khidmah

Foto bersama usai taaruf pengurus RMINU Jatim secara hybrid di Aula KH Bisri Syansuri Gedung PWNU Jatim, Sabtu (07/12/2024). (Foto: NOJ/ Istimewa)

Surabaya, NU Online Jatim

Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Jawa Timur masa khidmat 2024-2029 melaksanakan ta’aruf pengurus secara hybrid. Agenda perkenalan pengurus dan forum pra-rapat kerja RMINU Jatim itu dipusatkan di Aula KH Bisri Syansuri Gedung PWNU Jatim, Sabtu (07/12/2024).

 

“Diharapkan acara tersebut menjadi perekat awal bagi para pengurus untuk menyatukan visi, menjalin silaturahim, serta menguatkan spirit dalam berkhidmat dan menjalankan program-program ke depan,” ujar Ketua RMINU Jatim 2024-2029, KH Abdul Hakim Hidayat.

 

Putra mendiang KH Hasyim Muzadi itu menyatakan, sementara ini pihaknya telah mempersiapkan buku pedoman RMINU Jatim periode 2024-2029. Dalam buku tersebut, telah disusun konsep visi, misi, tupoksi dan program dalam 5 tahun ke depan.

 

“Secara umum ada 4 bidang menjadi fokus RMINU Jatim yang direncanakan, yaitu bidang khazanah pesantren, advokasi dan kelembagaan pesantren, pengembangan ekonomi pesantren, serta bidang media, data dan informasi,” jelas Gus Hakim, sapaan akrabnya.

 

Kendati demikian, dirinya berharap masukan dan saran dari para pengurus untuk penyempurnaan buku pedoman tersebut. “Karena buku ini nantinya akan menjadi materi utama pembahasan rapat kerja RMINU Jatim, yang rencananya akan diselenggarakan di Bojonegoro,” terangnya.

 

Framing Negatif dan Isu Bullying Jadi PR Besar
Kegiatan ta’aruf pengurus RMINU Jatim itu dihadiri oleh perwakilan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim. Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Taufiq Hasyim, dalam sambutannya menyampaikan pesan para kiai dari jajaran syuriyah dan tanfidziyah kepada RMINU Jatim.

 

“Para kiai di antaranya berharap RMINU Jatim sigap dalam menghadapi isu-isu negatif terhadap pesantren, termasuk juga framing media yang berpotensi memperburuk citra pesantren,” ucap kiai asal Pamekasan, Madura itu.

 

Di samping itu, pihaknya juga berpesan agar RMINU Jatim mampu menyusun database pesantren NU di Jawa Timur. “Database itu menjadi informasi penting bagi masyarakat agar bisa membedakan mana pesantren yang berhaluan Aswaja An-Nahdliyah dan yang bukan,” jelasnya.

 

Sementara itu, Wakil Sekretaris PWNU Jatim, Prof HM Noor Harisuddin, menyatakan bahwa salah satu persoalan pesantren yang krusial saat ini adalah kasus-kasus bullying santri. Ia menyatakan PWNU Jatim menaruh perhatian besar dalam persoalan ini.

 

“Dalam halaqah pesantren ramah santri yang diselenggarakan oleh PWNU Jatim beberapa waktu lalu, banyak pihak yang mengeluhkan masih maraknya kasus perundungan santri,” tegas Guru Besar Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember ini.

 

Selain itu, Prof Haris juga menyatakan bahwa lahirnya UU Pesantren No 18 Tahun 2018 juga perlu menjadi fokus kajian dan garapan program RMINU Jatim. Undang-undang tersebut membuka peluang lebar-lebar bagi pesantren untuk mengembangkan pendidikan dan peran sosial keagamaannya di masyarakat.

 

“Lahirnya UU Pesantren tersebut di sisi lain juga menjadi garansi bahwa Indonesia tidak akan menjadi negara sekuler dan dengannya pesantren diposisikan sebagai garda terdepan dalam membentengi,” pungkasnya.