Sidoarjo, NU Online Jatim
Ketua Pengurus Wilayah (PW) Lembaga Bahsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Jawa Timur Kiai Ahmad Asyhar Shafwan turut mengomentari terkait maraknya kasus maling tali pocong di Sidoarjo. Pasalnya, belakangan ini banyak ditemukan makam terbongkar dan mengundang perhatian publik.
Kasus ini diketahui terjadi di kompleks pemakaman umum Desa/Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, Selasa (08/02/2022) lalu. Setelah mengetahui ada makam yang terbongkar, warga menemukan tali pocong yang mengikat jenazah hilang.
“Kasus ini dapat dipetakan menjadi beberapa masalah,” ujar Kiai Ahmad Asyhar Shafwan saat di hubungi NU Online Jatim, Kamis (10/02/2022) melalui perpesanan WhatsApp.
Pertama, pencurian tali pocong sekaligus merusak makam. Tentu hal ini terdapat tiga keharaman, yaitu; mencuri, merusak, dan mencederai kemuliaan jenazah. “Ya, kalau meyakini dengan tali pocong itu lantas mendapat ilmu kebal atau yang lain, maka termasuk perbuatan syirik,” ungkapnya.
Namun, jika menganggap tali itu hanya sebuah sebab dan masih percaya bahwa semua ilmu termasuk ilmu kebal datangnya dari Allah, maka belum bisa dikatakan syirik.
“Tetapi, tetap melakukan perbuatan dosa atas perbuatannya mencuri, merusak, dan mencederai kemuliaan jenazah,” sebutnya.
Ia pun menyampaikan, bahwa makam yang porak-poranda dan jenazah yang dicuri talinya boleh dikafani ulang. “Jika jenazahnya terbuka dan memungkinkan untuk dikafani ulang, maka dipersilahkan untuk mengkafani ulang jenazah itu,” terangnya.
Seperti diberitakan NU Online Jatim sebelumnya, menurut Alam (28 tahun), warga setempat, mengatakan bahwa makam yang dibongkar orang tidak dikenal itu ialah makam Siti Kalsum, yang meninggal pada Kamis 03 Februari 2022, bertepatan dengan malam Jumat Legi.
Sebetulnya, kata Alam, sejak hari pertama dikubur, makam Siti Kalsum sudah dijaga. Sebab, menurut keyakinan warga, jenazah yang meninggal dan dikuburkan pada malam Jumat Legi biasanya diincar orang yang ingin memperdalam ilmu kekebalan dan kesaktian lainnya.