• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 1 Mei 2024

Metropolis

Ulama Besar Mesir Paparkan Keabsahan Dalil Imsak

Ulama Besar Mesir Paparkan Keabsahan Dalil Imsak
Syaikh Sholahuddin Al-Sami bersama Rektor UAC Mojokerto. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)
Syaikh Sholahuddin Al-Sami bersama Rektor UAC Mojokerto. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Mojokerto, NU Online Jatim

Anggota Pusat Penelitian dan Pengembangan Turats al-Azhar Mesir, Syaikh Sholahuddin Al-Sami menjelaskan dalil keabsahan imsak di bulan Ramadhan. Penjelasan itu ia katakan saat mengisi seminar internasional di Universitas KH Abdul Chalim (UAC) Pacet, Mojokerto, Selasa (02/04/2024).

 

“Rasulullah SAW ketika makan sahur bersama, ada sahabat yang bertanya berapa jarak nabi menghentikan makanannya dengan adzan subuh,” katanya.

 

Dalam perbincangan tersebut, nabi menyelesaikan makan sahur sekitar ukuran membaca lima puluh ayat. Jika dikonvensi perkiraan sepuluh menit. Inilah yang menjadi dalil jadwal imsakiyah. Hukum imsak bukan wajib, akan tetapi dianjurkan. Namun jika tetap ingin melanjutkan makan sahur tetap boleh.

 

“Ada kesalahan bagi sebagian orang yang mengaku salaf yang mengatakan makan saat adzah subuh bulan Ramdhan itu diperbolehkan. Hal ini karena ada hadist yang disalahpahami,” paparnya.

 

Dalam hadist disebutkan ketika adzan berkumandang, sementara makanan di mulut masih ada maka dilanjutkan makannya. Menurut Syaikh Sholahuddin Al-Sami, dalam kajian ulama ahli hadist bolehnya melanjutkan makan yang sudah ada di mulut saat sahur adalah pada adzan yang pertama.

 

“Zaman nabi adzan subuh dilakukan dua kali. Adzan pertama dari Sahabat Bilal bin Rabbah dan kedua adzan dari Sahabat Abdullah Ibnu Maktum. Adzan kedua ini yang menunjukkan waktu fajar sudah masuk,” ujarnya.

 

Syaikh Sholahuddin Al-Sami kemudian menjelaskan terkait shalat gerhana yang disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW bukan karena kepercayaan sebagian orang jahiliah yang mempercayai adanya gerhana karena ada yang meninggal atau dilahirkan.

 

“Karena pada saat itu ada yang menyangka adanya gerhana karena ada anak nabi yang bernama Ibrahim meninggal,” terangnya.

 

Namun Nabi Muhammad SAW menegaskan terjadinya gerhana karena ingin menunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya. Bahkan syariat shalat gerhana diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya sebagai bantahan terhadap orang jahiliah.

 

“Hal ini penting untuk diketahui umat Islam agar tidak salah atas pemaknaan shalat gerhana,” tandasnya.  


Metropolis Terbaru