Sidoarjo, NU Online Jatim
Meskipun konser Coldplay akan diselenggarakan di Jakarta sekitar bulan November 2023, euforianya sudah bergumam sejak hari-hari ini, sejak dibukanya pembelian tiket nonton yang tidak butuh waktu lama untuk habis bahkan untuk mendapatkannya saja sampai diterminologikan sebagai perang tiket.
Bahkan ada dari masyarakat yang menjadikan tiket yang dia dapatkan sebagai tambahan mahar pernikahan. Entah hal itu dilakukan atas kemauan sendiri ataukah memang permintaan dari mempelai putri, yang kemudian video prosesi ijab kabulnya viral di media sosial.
“Hal ini sebenarnya bukan menjadi polemik yang krusial dalam tatanan fiqih pernikahan, karena akad yang dilakukan sebenarnya sudah memenuhi kriteria keabsahan akad nikah menurut hukum fiqih,” kata Divisi Maktabah (pustaka) Ahlussunah wal Jamaah (Makwah) Aswaja NU Center (Asnuter) Sidoarjo, Ahmad Fiqih Shofiyul 'Am kepada NU Online Jatim, Selasa (23/05/2023).
Dijelaskan, sebelum menyebutkan tiket konser Coldplay sebagai mahar, mempelai pria terlebih dahulu menyebutkan emas seberat 21 gram sebagai maharnya yang mana nilai jual dari emas tersebut juga tidak sedikit jika dirupiahkan.
“Mahar sendiri dalam fiqih merupakan sesuatu yang wajib diadakan oleh mempelai pria jika akan melakukan prosesi pernikahan, meskipun mahar ini bukan termasuk syarat dan rukun dari pernikahan itu sendiri,” terangnya.
Akan tetapi mahar ini menjadi wajib sebab adanya pernikahan yang sah. Mahar sendiri dalam fiqih Islam diterminologikan sebagai segala sesuai yang bernilai jual, baik itu berupa benda sebagaimana emas 21 gram tersebut atau bahkan jasa sebagaimana jasa mengajar membaca Al-Qur’an yang sering digunakan contoh dalam khazanah kitab klasik.
“Harga tiket konser Coldplay berkisar antara 900 ribuan sampai 13 juta rupiah. Sudah tentu jika tiket konser itu bernilai jual tinggi dan konsumtif, apalagi hari ini terbilang langka karena atensi masyarakat yang sangat tinggi sehingga untuk mendapatkannya bukanlah hal yang instan,” paparnya.
Sholeh menilai hal ini memang terbilang kurang begitu sakral bagi sebagian masyarakat. Apalagi bagi masyarakat Jawa yang kaya akan etika, adat, dan tradisi. Bagi masyarakat, mahar direpresentasikan sebagai suatu hal yang mempunyai filosofi yang mendalam untuk sebuah pernikahan yang diharapkan hanya dilakukan sekali seumur hidup.
“Akan tetapi tidak bisa dijadikan justifikasi terhadap legalitas hukum mahar itu sendiri jika dikembalikan kepada tatanan yurisprudensinya yang sangat interpretatif,” tandasnya.
