• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Selasa, 30 April 2024

Metropolis

Wakil Rais NU Jatim Ajak Nahdliyin Rawat Jamiyah demi Persatuan Umat

Wakil Rais NU Jatim Ajak Nahdliyin Rawat Jamiyah demi Persatuan Umat
Wakil Rais PWNU Jatim, KH Abd Matin Djawahir. (Foto: NOJ/ Media Center PWNU Jatim)
Wakil Rais PWNU Jatim, KH Abd Matin Djawahir. (Foto: NOJ/ Media Center PWNU Jatim)

Surabaya, NU Online Jatim

Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim, KH Abd Matin Djawahir mengajak Nahdliyin untuk terus merawat Jamiyah Nahdlatul Ulama. Hal demikian penting dilakukan demi menjaga persatuan umat.

 

"Kita jaga NU ini sekalipun ada problem-problem, tetaplah menyatu untuk umat Islam," ujarnya saat acara silaturahim dan buka bersama yang dipusatkan di ballroom Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari lantai 3, Gayungan, Kota Surabaya, Kamis (04/04/2024). Kegiatan ini diikuti pengurus lembaga dan banom NU, serta Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se Jatim.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Bejagung, Tuban itu berpesan kepada umat Islam, khususnya Nahdliyin, untuk terus meningkatkan rasa syukur karena ditakdirkan oleh Allah SWT bisa berkhidmah kepada ulama.

 

“Ngopeni apa yang pernah didirikan ulama, sehingga dalam segala langkah dan situasi apapun, bahkan bila terjadi guncangan sedikit, tapi tetap dapat teratasi,” ungkap Kiai Matin.

 

Ia menyebutkan, bahwa dulu ada seorang adipati bernama Aryodwikor. Ia tidak Islam (non-Islam) tetapi selalu ngopeni ulama yang bernama Sayyid Jalaluddin. Sehingga akhirnya dikaruia oleh Allah seorang menantu putra dari Syaikh Jalaluddin, yang akhirnya ada Sunan Kalijaga dan Sunan Muria.

 

“Ini saya berbicara tentang seseorang yang tidak Islam, tapi hatinya berjuang li i'lai kalimatillah allati hiyal ulya," tegasnya.

 

Menurut Kiai Matin, perbedaan pendapat terlalu dalam tidak ada baiknya. Sebab, bila hati dan pendapatnya berbeda satu sama lain selamanya ia tidak akan menjadi umat yang bersatu.

 

“Kita semua kalau hatinya berbeda, pendapatnya berbeda, hal ini tidak akan menjadi umat yang bersatu. Mungkin secara fisik menyatu, tapi hatinya berbeda jauh," ucapnya.

 

Dirinya pun menceritakan sejarah sebelum adanya Nahdlatul Ulama. Ia mengaku pernah menelusuri sejarah Islam dan Walisongo hingga Sumatera Utara, yakni Kota Barus. Penelusuran itu dulu ia lakukan bersama Pj Ketua PWNU Jatim KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin.

 

"Saya bersama Gus Kikin menelusuri seperti ini sampai Barus (titik nol Islam Nusantara), di mana ada makam Syaikh Mahmud yang datang ke Indonesia pada abad 48 H di sana," ucap Kiai Matin.

 

Ia menjelaskan bahwa sebelum berdirinya Nahdlatul Ulama itu juga ada peristiwa muktamar khilafah. Dari peristiwa itu kemudian berdiri Komite Hijaz yang menjadi cikal bakal berdirinya Jamiyah Nahdlatul Ulama.

 

"NU dalam peristiwa itu belum berdiri, tapi sudah ada sebab yang melatarinya. Dan saat itu masih Komite Hijaz," pungkasnya.

 

Penulis: Moch Rizqi Bagus Kurniawan


Metropolis Terbaru