NU Online

Kisah Rasulullah Ini Bisa Jadi Hikmah dan Teladan Penanganan Kasus Brigadir J

Selasa, 9 Agustus 2022 | 22:53 WIB

Kisah Rasulullah Ini Bisa Jadi Hikmah dan Teladan Penanganan Kasus Brigadir J

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (Foto:Humas Polri)

Penanganan kasus meninggalnyaĀ Brigadir NofriansyahĀ YosuaĀ HutabaratĀ atau Brigadir J hingga kini masih menjadi perhatian publik. Dari proses penanganan ini tentu menyita energi penagakĀ hukum, khususnya kepolisian. Untuk membuat terang kasus ini, polisi melakukan berbagai upaya.


Penanganan kasus yang melibatkan orang penting seperti dalam perkara Brigadir J ini ternyata sudah pernah ada di masa Rasulullah SAW. SepertiĀ kita ketahui, dalam kasus Brigadir J ini ada sosok Irjen FerdiĀ SamboĀ yang dalam korpĀ kepolisian merupakan salah satu orang penting.


Sedangkan di masa Nabi saw, muncul kasus kriminal yang melibatkan keluarga terhormat, yakni kasus pencurian yang melibatkan wanitaĀ dari klan Makhzum,Ā kelompok kekerabatan terhormat dari suku QuraisyĀ yang menetap di Mekkah.Ā 

 

Saat itu hanya ada satu pertimbangan besar. Apabila kasus kriminal ini terkuak, secara jelas tentuĀ akan mempermalukan BaniĀ Makhzum yang sangat terpandang. Upaya meloloskan wanita pencuri itu pun dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melobi Nabi Muhammad.


Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas mengungkapkan agar kasus tewasnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J bisa diusut secara tuntas, tak ada yang ditutup-tutupi. Hal ini, kata Jokowi, demi tetap menjaga citra dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.

 

"Ungkap kebenaran apa adanya sehingga jangan sampai menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri. Itu yang paling penting, citra Polri apa pun tetap harus kita jaga," kata Jokowi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Selasa (9/8/2022).

 

"Sejak awal kan saya sampaikan, sejak awal saya sampaikan usut tuntas. Jangan ragu-ragu. Jangan ada yang ditutup-tutupi, ungkap kebenaran apa adanya," tegas Jokowi.

 

Ketegasan JokowiĀ adalah cerminan dari apa yang diharapkan oleh masyarakat. Publik berharap kasus tewasnyaĀ Brigadir J ditangani secara cepat dan profesional. Tak hanya eksekutor penebak, tetapiĀ auktor intelektualis juga mendapatkan ganjaran setimpal.

 

Hanya saja,Ā permintaan tegasĀ JokowiĀ dan harapan publik tidak sepenuhnya disambut. Sebab,Ā Kapolri Jenderal Listyo Sigit PrabowoĀ ketika menetapkanĀ Irjen Polisi Ferdy Sambo sebagai tersangka baru pembunuhan Brigadir Yoshua, justru menyisakan lubang misteri; motif pembunuhan dan perintah eksekusi.

 

ā€œSoal penembakan tersebut atas perintah atasan atau tidak, masih ditelusuri lebih lanjut,ā€ ujar Kapolri Listyo Sigit PrabowoĀ yangĀ belum bersedia mengungkapkan karena tim khusus masih melakukan penyelidikan.

 

Pernyataan Kapolri di atas tentu menciptakan babak baru dalam lembarĀ cerita.Ā Apakah kasus yangĀ locus delicti-nya jelas ini kemudian menjadi rumit lantaran yang menjadi tersangka adalah perwira tinggi berpengaruh?


Dalam kitab Shahih Muslim (V/114), Shahih al-Bukhari (V/2491), jugaĀ Syarh Ma’anil Atsar (III/171), ada petunjuk menarik dari kisah Nabi Muhammad yang bisa dijadikan rujukan untuk mengungkap kasus pembunuhanĀ BrigadirĀ Yosua Hutabarat.


Di masa Nabi saw, muncul kasus kriminal yang melibatkan keluarga terhormat, yakni kasus pencurian yang melibatkan wanitaĀ dari klan Makhzum,Ā kelompok kekerabatan terhormat dari suku QuraisyĀ yang menetap di Mekkah.Ā 

 

Saat itu hanya ada satu pertimbangan besar. Apabila kasus kriminal ini terkuak, secara jelas tentuĀ akan mempermalukan BaniĀ Makhzum yang sangat terpandang. Upaya meloloskan wanita pencuri itu pun dilakukan dengan berbagai cara, termasuk melobi Nabi Muhammad.


Salah satu sahabat yang diminta melobi ke Nabi adalah Usamah bin ZaidĀ bin Haritsah. Ia dinilaiĀ memiliki kedekatan istimewa dengan Nabi lantaran ayahnya, ZaidĀ bin HaritsahĀ merupakan anak angkat NabiĀ yang sangat dicintai.

 

Sama dengan ayahnya,Ā UsamahĀ juga mendapat perlakuan istimewa dari Nabi lantaran sangat dicintai. Bahkan di kalangan para sahabat, ia mendapat julukanĀ Hibbur Rasul atau orang yang sangat dicintai Rasulullah saw.Ā 


BaniĀ MakhzumĀ berhasil melobi Usamah. Panglima perang termuda yang berhasil menaklukan wilayah Bizantium ini pun langsung menghadap Nabi, dan meminta agar membebaskan wanita pencuri itu dari jeratan hukum.Ā 


ā€œApakah kamu mau menolong penjahat agar lepas dari hukum-hukum yang telah ditetapkan Tuhan?ā€ kata Nabi kegeraman.


Melihat kemarahan Nabi yang sesungguhnya,Ā UsamahĀ menyesal dan memohanĀ ampun atas kecerobohannya. Ia pun meminta Nabi agar berkenan memintakan ampunan kepada Allah.


Setelah kecewa dengan Usamah, Nabi saw segera berpidato secara lantang:


Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŲŒ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ‡Ł’Ł„ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ مِنْ Ł‚ŁŽŲØŁ’Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŁˆŲ§ Ų„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲ±ŁŽŁ‚ŁŽ ŁŁŁŠŁ‡ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ±ŁŁŠŁŁ ŲŖŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁˆŁ‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ„ŁŲ°ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲ±ŁŽŁ‚ŁŽ ŁŁŁŠŁ‡ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ų¶Ł‘ŁŽŲ¹ŁŁŠŁŁ Ų£ŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł…ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲÆŁ‘ŁŽ. ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŁ‰ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁ‰ Ł†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁ‰ ŲØŁŁŠŁŽŲÆŁŁ‡ŁŲŒ Ł„ŁŽŁˆŁ’ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ ŁŁŽŲ§Ų·ŁŁ…ŁŽŲ©ŁŽ ŲØŁŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų³ŁŽŲ±ŁŽŁ‚ŁŽŲŖŁ’ Ł„ŁŽŁ‚ŁŽŲ·ŁŽŲ¹Ł’ŲŖŁ ŁŠŁŽŲÆŁŽŁ‡ŁŽŲ§. Ų±ŁˆŲ§Ł‡ مسلم


Artinya, ā€œAmmaba’du, sungguh yang menghancurkan generasi manusia sebelum kalian adalah karena mereka, ketika ada orang terhormat melakukan pecurian, maka mereka biarkan; dan bila yang melakukannya adalah orang lemah, maka kalian tegakkan hukum had (yang berlaku efektif pada waktu itu). Sungguh aku, demi Tuhan yang menguasai nyawaku, andaikan putriku sendiri Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh akan ku potong tangannya.ā€ (HR Muslim).


Esensi kisah UsamahĀ melobi Nabi demi membebaskan atau menyelamatkanĀ pelaku kriminal ini dapat diambil hikmah, utamanya bagi aparat penegak hukum yang menagani kasus pembuhuhanĀ Brigadir J. Slogan ā€œPresisiā€, prediktif, responbilitas, trasparansi serta berkeadilan, harus benar-benar diwujudkan dalam segala tindakan. WallĆ¢hul musta’ân.

 

Ustad Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online