• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Opini

Gus Jigang dan Filosofi Hidup Sunan Kudus

Gus Jigang dan Filosofi Hidup Sunan Kudus
Nasaruddin Idris Jauhar
Nasaruddin Idris Jauhar

Nasaruddin Idris Jauhar*

 

Anda kenal Gus Jigang? Atau mungkin Anda pernah bersua dan mengajak beliau swafoto? Kalau benar, apa kesan Anda tentang beliau? Seorang pribadi hebat, kan? Saya sendiri menganggap beliau sebagai orang yang istimewa.

 

Maaf, ini hanya mukaddimah usil. Gus Jigang bukan nama seseorang. Tulisannya yang benar juga bukan Gus Jigang, tapi Gusjigang. Singakatan dari BaGus akhlaknya, pandai ngaJi, dan pintar berdaGang.

 

Gusjigang adalah konsep hidup yang agung. Ia adalah filosofi hidup warisan Sunan Kudus, salah seorang Wali Songo yang pada zamannya berdakwah di wilayah Jawa Tengah. Gusjigang adalah perpaduan harmonis dan berimbang antara bekerja, berilmu, dan berakhlak.

 

Konsep Gusjigang mengajarkan bahwa untuk sukses di dunia dan akhirat, kita tidak hanya harus rajin dan ulet dalam berusaha, tapi juga harus memiliki basis dan modal spiritual yang kokoh, yakni pengetahuan agama yang cukup dan akhlak atau perilaku mulia.

 

Konsep filosofis Gusjigang ini dengan istikamah diadopsi dan dijadikan 'ruh bisnis' oleh Mubarok Food, perusahaan makanan tradisional yang berbasis di Kudus, Jawa Tengah.

 

Menurut Ustadz Muhammad Hilmy, direktur perusahaan yang sudah go internasional ini, ajaran Gusjigang sudah menjadi "lemekan spiritual" dalam mengembangkan usahanya. Hasilnya, Mubarok Food saat ini sudah menjadi perusahaan yang mapan dan berkembang serta menorehkan banyak prestasi, baik nasional maupun internasional.

 

Hal tersebut disampaikannya ketika menjadi pembicara pada acara studium generale untuk calon wisudawan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, 17 September 2019. Diundang untuk memberi motivasi para calon sarjana untuk menghadapi Era 4.0 tersebut, beliau banyak memberikan bekal spiritual untuk memasuki dunia usaha di zaman sekarang ini.

 

Kepada para calon sarjana yang hadir, beliau menegaskan bahwa persaingan di Era Industri 4.0 menuntut persaingan yang ketat, penguasaan teknologi yang andal, serta jaringan yang kuat. Tapi, di atas itu semua, landasan spiritual kegamaan tetap mutlak dibutuhkan.

 

Landasan spiritual dibutuhkan karena dinamika zaman modern sekarang ini cenderung materialistik yang akan berujung absurd. Nilai-nilai spiritual agamalah yang bisa membuatnya memiliki makna lebih. Menjadi sesuatu yang bukan hanya dinamika duniawi semata, melainkan juga memiliki orientasi ukhrawi.

 

Menurut beliau, dalam berbisnis, spiritualitas yang tercermin dalam ilmu dan akhlak yang islami bukanlah kekuatan pelengkap, melainkan ruh bisnis itu sendiri. Pengetahuan, keterampilan, visi dan kemauan, kerja keras, adalah beberapa hal yang dibutuhkan oleh seorang pebisnis agar mampu bersaing dan sukses. Akan tetapi, semua modal tersebut akan menjadi dahsyat kalau dilandasi dan dibingkai oleh akhlak yang mulia.

 

Di perusahaan Mubarok Food, nilai-nilai bisnis spritual ini tidak hanya sebatas pengetahuan, tapi terinternalisasi dalam perilaku dan budaya kerja seluruh pekerjanya. Para pegawai dibekali inspirasi-inspirasi spiritual melalui para motivator agama seperti Ary Ginanjar dan Yusuf Mansur. Lingkungan kerja pun dikondisikan agar diliputi suasana agamis. Beberapa surat Al-Qur’an seperti al-Mulk, al-Rahman, al-Waqiah, dibaca secara bergantian oleh para pegawai setiap harinya.

 

Mubarok Food adalah pelajaran buat kita semua. Bahwa landasan spiritual harus tetap menjadi pilar utama dari semua ikhtiar kita dalam menjawab tantangan hidup dan perkembangan zaman. Islam menyediakan semua yang kita butuhkan untuk menjawab tantangan zaman dengan cara yang fiddunya hasanah wa fil aakhirati hasanah.

 

Wallahu a'lam.

•    Adalah Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja sama Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.
 


Editor:

Opini Terbaru