• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Opini

Maulid Nabi dan Pesan Damai untuk Prancis

Maulid Nabi dan Pesan Damai untuk Prancis
Aksi sejumlah kaum Muslimin terhadap sikap Presiden Prancis. (Foto: NOJ/CNn)
Aksi sejumlah kaum Muslimin terhadap sikap Presiden Prancis. (Foto: NOJ/CNn)

Menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, umat Islam digegerkan dengan peristiwa penerbitan karikatur Nabi Muhammad oleh Charlie Hebdo, salah satu media Prancis. Peristiwa tersebut berbuntut kasus pembunuhan guru sejarah di sebuah sekolah di negara tersebut. Pembunuhan itu dipicu karena sang guru menunjukkan karikatur Nabi Muhammad ketika diskusi di kelas.

 

Umat Islam tentunya tidak terima bahkan marah dengan pembuatan karikatur tersebut. Apalagi tindakan didukung oleh kebijakan pemerintah Prancis atas dasar kebebasan berpendapat. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapi peristiwa ini?

 

Untuk menjawab pertanyaan ini memang tidak mudah. Siapapun pasti akan marah ketika junjungan Nabi Muhammad SAW direndahkan atau dilecehkan. Tetapi kaum Muslimin harus berhati-hati dalam mengambil sikap. Karena jika keburukan yang dibalas dengan keburukan hanya akan menimbulkan sikap saling balas yang tidak ada habisnya.

 

Oleh karena itu, umat Islam perlu belajar dari sikap Nabi sendiri ketika mengalami berbagai macam ujian, penghinaan, pelecehan, dan bahkan kekerasan. Jika mau membuka kembali shirah Nabi, akan menemukan banyak peristiwa yang akan mengajarkan tentang sikap Rasulullah ketika mendapatkan perlakuan tidak pantas.

 

Berikut akan ditampilkan dua peristiwa yang sangat berkesan dan bisa diambil pelajaran.

 

Pertama, pada tahun ke-10 kenabian Rasulullah menjalani tahun dengan penuh duka cita. Karena pada tahun tersebut istri Nabi Muhammad, Khadijah binti Khuwailid dan pamannya, Abu Thalib wafat.

 

Seperti diketahui bahwa paman Nabi, Abu Thalib adalah sosok pelindung dari intimidasi kaum kafir Quraish. Setelah dia wafat, kaum Quraish seakan mendapat momentum untuk lebih keras lagi memberikan intimidasi kepada Rasulullah. Pada suatu ketika ada kafir Quraish yang berani melemparkan kotoran pas di kepala Rasulullah. Melihat keadaan tersebut, salah satu putrinya segera membersihkan kepala Rasulullah sambil menangis. Tetapi Rasulullah bersabda kepadanya: Jangan menangis nak, sesungguhnya Allah melindungi ayahmu.

 

Dari peristiwa ini setidaknya uamt Islam harus bisa memahami bahwa dalam menjalankan dakwah, Rasulullah selalu mendapatkan ujian. Said Ramadhan al-Buthy menjelaskan bahwa walaupun Nabi mendapatkan penjagaan (al-‘Ismah) dari Allah SWT, bukan berarti tidak mengalami intimidasi, siksaan dan penindasan yang dilakukan musuh-musuhnya. Karena yang dimaksud dengan al-‘ismah adalah penjagaan dari pembunuhan atau segala permusuhan dan kesulitan yang menyebabkan berhentinya dakwah.

 

Peristiwa kedua adalah ketika Rasulullah mengunjungi Thaif. Pada saat intimidasi yang dilakukan kaum Quraish semakin berat, Rasulullah memutuskan pergi ke Thaif untuk meminta perlindungan dan pembelaan dari Bani Tsaqif. Selain itu Rasulullah juga berharap mereka mau menerima ajaran Islam.

 

Namun setelah Rasulullah sampai di Thaif dan menjelaskan risalahnya kepada para pemuka Bani Tsaqif, ternyata mendapatkan penolakan secara terang-terangan. Tidak hanya menolak, Bani Tsaqif juga memberikan kecaman dan penghinaan. Bahkan ada sebagian orang dari mereka yang tega melempari dengan batu yang mengakibatkan kedua kaki Rasulullah berdarah.

 

Peristiwa inilah yang menyebabkan para malaikat yang menjaga gunung meminta izin kepada Rasulullah, jika berkenan gunung Akhsyabin akan ditimpakan kepada mereka yang melukai. Tetapi Rasulullah menjawab: Justru aku berharap semoga Allah mengeluarkan dari keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata dan tidak menyukutukanNya dengan sesuatu apapun.

 

Dari dua peristiwa penting ini, Syekh Ramadhan al-Buthy memberikan beberapa catatan agar umat Islam bisa belajar. Sudah menjadi sunatullah bahwa Nabi Muhammad mengalami cobaan yang berat dalam menjalankan dakwah Islam. Tujuannya agar generasi Muslim yang meneruskan dakwahnya harus siap menghadapi segala rintangan, cobaan, bahkan penghinaan atau kekerasan.

 

Jangan sampai berbagai cobaan menyurutkan semangat untuk terus berdakwah. Tidak hanya itu, poin yang lebih penting dari kedua peristiwa di atas adalah sikap atas cobaan-cobaan itu. Rasulullah selalu menghadapi beragam cobaan dengan penuh kesabaran dan tidak membalas dengan tindakan yang sama.

 

Ketika Rasulullah dilempar kotoran, tidak membalas. Begitu pula ketika dilempar batu sampai berdarah, juga tidak melakukan tindakan serupa. Bahkan ketika para malaikat meminta izin untuk membalas, Nabi tidak mengizinkan. Tetapi malah mendoakan agar anak turun mereka mendapatkan hidayah dan mau menerima ajaran Islam. Sikap sabar seperti yang dicontohkan Rasulullah memang tidak mudah untuk dilakukan. Tetapi setidaknya akhirnya dapat diketahui bahwa itulah pilihan sikap yang dipilih Rasulullah ketika menghadapi intimidasi, hinaan, bahkan kekerasan.

 

Dalam kasus pembuatan karikatur di Prancis, sudah selayaknya umat Islam meneladani yang dilakukan Rasulullah. Membela Rasul bukan berarti harus marah-marah dan melakukan tindakan atau aksi yang kontraproduktif, seperti peristiwa pembunuhan guru di Prancis. Membela Rasulullah selayaknya dilakukan dengan meneladani akhlak dan perilakunya. Bukankah Nabi adalah figur sempurna yang menjadi uswah dalam segala urusan? Tak terkecuali peristiwa yang merendahkan Rasulullah sendiri.

 

Membalas kebencian dengan kebencian hanya akan membuat lingkaran kebencian tiada akhir. Kekerasan sebaiknya dibalas dengan kelembutan, kejahatan dibalas dengan kebaikan, kebencian dibalas dengan kasih sayang. Seperti itulah ajaran Rasulullah.

 

Ketika ada pihak yang membuat karikatur Rasulullah yang seakan-akan mengolok-olok, mungkin mereka belum tahu betapa agungnya sifat Nabi, betapa akhlaknya mulia, betapa luas dan dalam kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Untuk itu sebagai umat Rasulullah sebaiknya berusaha menampilkan teladan tersebut, agar kalangan di luar Islam bisa tahu dan mengenal sosok agung Nabi Muhammad SAW. Karena ketika telah mengenal Nabi Muhammad melalui sikap yang ramah, toleran, serta menyebarkan cinta dan kedamaian, bisa jadi mereka akan berpikir dua kali untuk membuat karikatur tersebut.

 

Tetapi jika umat Islam memperlihatkan sikap keras, mengedepankan permusuhan dan tanpa kompromi, jangan-jangan itu yang akan membuat mereka semakin giat melakukan perbuatan yang melecehkan dan merendahkan Rasulullah.

 

Rasulullah telah lama meninggal, dan tentu saja sosoknya akan tercermin dari sikap umatnya. Ucapan dan perilaku kaum Muslimin adalah buku yang menjadi referensi orang lain dalam membaca dan mengenali nabi agung Muhammad. Selamat memperingati maulid Nabi Muhammad, semoga mampu menjadi umatnya yang sekaligus menjadi cermin wajah Islam rahmatan lil’alamin.

 

Ustadz Mustaufikin adalah alumnus pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, pernah nyantri di Pesantren Tremas, Pacitan. 


Editor:

Opini Terbaru